ログインDarren sudah keceplosan bicara, dia sedikit panik tapi tetap berusaha tenang.“Akan aku ceritakan nanti, sekarang aku punya kejutan untukmu.”Elina mengerutkan kening, menyadari Darren menyembunyikan sesuatu, Elina kembali berkata, “Jangan membohongiku, Darren? Apa ini ada hubungannya dengan kamar mewah ini? Dan, di mana kita?”Darren menyadari kalau Elina masih saja terus waspada. Dia menangkup kedua pipi Elina, lalu berkata, “Aku akan cerita semua, tapi sekarang kamu harus melihat sesuatu, yang … mungkin bisa membuatmu sedikit senang.”Kening Elina berkerut dalam.“Aku sudah menyiapkan pakaianmu di lemari, saat kamu sudah benar-benar memiliki energi, gantilah pakaianmu dan keluar dari kamar. Aku tunggu di luar.”Darren mengusap pipi Elina, lalu segera bangkit dari duduknya dan melangkah meninggalkan kamar.Elina masih menatap bingung tapi juga penuh curiga. Kewaspadaannya meningkat karena Darren tidak langsung jujur padanya, tapi dia juga penasaran, apa yang Darren siapkan untuknya
Di kamar Eleanor.Dia duduk di tepian ranjang sambil memegang ponsel di tangan kanannya. Eleanor menatap nama Edo di layar, sedang menerka-nerka apakah Edo berhasil melakukan tugasnya atau tidak.Saat Eleanor masih diam berpikir, ponselnya berdering dengan nama seseorang terpampang di layar.“Ada informasi apa?” tanya Eleanor begitu menjawab panggilan itu.“Night Klub dirusak, bahkan sekarang Edo tidak diketahui keberadaannya.”“Apa?” Eleanor sangat terkejut sampai menegakkan badannya. “Apa maksudmu?” tanya Eleanor memastikan.“Setelah Anda pergi, beberapa pria menghancurkan tempat itu. Tidak ada yang tersisa, Edo menghilang dan tidak bisa dihubungi.”Eleanor diam sesaat. Dia mencoba mengingat kejadian tadi. Saat akan pergi, Eleanor memang berpapasan dengan beberapa pria berpakaian serba hitam, mungkinkan para pria itu yang membuat ulah.Mengabaikan nasib Edo, Eleanor kembali bertanya, “Lalu, apa kamu tahu keberadaan Elina?”“Dia juga menghilang.”Eleanor menggenggam erat ponselnya, g
Mobil yang membawa Darren juga yang lainnya sampai di sebuah villa mewah di pinggiran kota. Max mengamati villa yang ada di depannya, villa mewah yang biasa disewa oleh para pengusaha besar untuk pesta atau semacamnya.“Kalian memesan villa sebesar ini untuk bersembunyi?” tanya Max sambil menoleh Kyle yang satu mobil dengannya.Kyle baru saja membaca pesan dari anak buahnya saat mendengar pertanyaan Max. Dia menyimpan ponsel ke saku jas sambil berkata, “Villa ini milik keluarga Darren.”Bola mata Max membola sempurna, dia sampai gelagapan karena benar-benar tak menyangka kalau Darren memang bukan orang biasa.Mobil di depan sudah lebih dulu berhenti, sebelum akhirnya mobil Max dan Kyle juga berhenti.Di mobil depan. Darren keluar dari mobil masih menggendong Elina, bahkan dia tak membiarkan anak buahnya menyentuh gadis itu.“Selamat datang, Tuan. Kamarnya sudah kami siapkan,” kata pelayan paruh baya yang menyambut kedatangan Darren.Darren menatap Elina yang masih tertidur, lalu mela
Jhonny sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Samantha. Dia menghampiri Samantha dengan cepat, lalu menarik lengan istrinya itu dengan kasar hingga menghadap ke arahnya.“Apa kamu sudah gila? Apa kamu harus melakukan ini?” tanya Jhonny dengan suara kencang.Samantha menatap tajam pada Jhonny dengan ponsel yang masih menempel di telinga, lalu dia membalas, “Tidak ada yang boleh menyakiti putriku. Anak harammu itu sudah berani membuat putriku terluka, jadi biarkan dia merasakan akibatnya!”Tanpa menunggu Jhonny kembali bicara, Samantha kembali fokus ke ponsel untuk mendengar balasan anak buahnya yang malah berkata, “Nyonya, wanita itu baru saja meninggal.”Bola mata Samantha membulat sempurna. “Apa maksudmu? Bagaimana bisa dia mati sebelum menerima semua siksaan atas perbuatan putrinya, hah?”Jhonny sangat terkejut mendengar ucapan Samantha. Dia kembali menarik tangan Samantha sambil berteriak, “Kamu benar-benar membunuhnya?”Eleanor juga syok mendengar ucapan sang mama, dia
Darren masih berlutut di sisi bathtub sambil terus menggenggam erat telapak tangan Elina, sampai perlahan dia melihat Elina yang memejamkan mata.“Eli,” panggilnya untuk memastikan apakah Elina masih sadar atau tidak.Setelah memastikan Elina sudah tak sadarkan diri. Dia bangkit dari lantai lalu sedikit membungkuk ke bathtub dan mulai mengangkat tubuh Elina yang sangat dingin dari dalam air.Darren berdiri sambil menggendong Elina, lalu melangkah keluar dari dalam kamar mandi.Melihat Darren akhirnya keluar, Kyle dengan sigap meraih selimut di ranjang, lalu membungkus tubuh Elina menjadi satu dengan Darren yang sudah basah.“Kamu akan membawa Nona Elina pulang?” tanya Max.Mata Darren masih begitu merah, menandakan amarah yang belum redam. “Itu sama dengan membawanya ke neraka.”“Lalu, kamu membawanya ke mana?” tanya Max dengan tatapan cemas.Darren menatap wajah Elina yang pucat, lalu kembali menatap Max dan berkata, “Membawanya ke tempat aman.”“Lalu, mau kamu apakan ketiga pria itu
Max masuk ke kamar yang Darren masuki. Dia melihat Darren yang sudah menodongkan senjata ke kepala Edo, lalu tatapannya tertuju pada Elina yang tak baik-baik saja.Max segera mendekat, lalu menepuk pundak Darren.“Biar aku yang urus dia, Elina membutuhkanmu,” kata Max.Tatapan Darren langsung tertuju pada Elina, dia melihat Elina yang begitu gelisah sambil mengusap dada berulang kali.Menahan geram saat menatap kembali pada Edo, Darren membalas, “Tahan dia sampai anak buahku tiba.”Max membulatkan bola mata lebar. Anak buah? Apa Max tidak salah mendengar?Max memilih mengangguk saja. Dia mengambil ikat pinggang yang tergeletak di lantai, lalu digunakannya untuk mengikat tangan Edo.Darren naik ke ranjang. Dia bisa merasakan suhu tubuh Elina yang sangat panas.“Dar-ren, pa-nas,” keluh Elina sambil mencengkram lengan Darren.Saat itu, Kyle dan yang lain datang dengan ekspresi panik. Kyle mudah menemukan keberadaan Darren karena melacak ponsel Darren.“Darren,” panggil Kyle sampai menghe







