Suara dering telepon Anderson masih terngiang di telinga Calla, masuk dan mengendap di alam pikirannya, serta terus tertinggal di sana. Bahkan setelah ia sadar kembali, Calla masih bisa merasakan semuanya, seolah-olah dirinya terjebak dalam waktu yang tiba-tiba saja berhenti berjalan. Ledakan keras, mobil yang bergerak tak terkendali, serta tubuh hangat dan kokoh milik Dylan yang memeluknya erat. Semua itu terus berputar ulang dalam kepalanya. Lalu begitu mata Calla terbuka, langit-langit kamar mewah dengan nuansa krem menyambut pandangannya. Cahaya lampu meja yang temaram terasa menusuk, membuat kepalanya berdenyut makin parah. Ia sudah berada di kamarnya sendiri. Ia mengerang pelan, lalu mencoba menggerakkan tubuhnya untuk bangkit, tapi rasa sakit di kening membuatnya kembali jatuh terbaring. “Calla?” Suara lembut itu membuatnya menoleh pelan. Marissa berdiri di samping ranjang, wajahnya tampak khawatir meski senyum samar terpatri di bibirnya. “Oh, syukurlah kam
Huling Na-update : 2025-09-05 Magbasa pa