Kepalaku terkulai ke belakang, napas tersengal-sengal, tubuhku sudah seperti bukan milikku sendiri.Entah sudah berapa kali Andini menghentikan tepat di ujung, membuatku meronta tanpa bisa berbuat apa-apa. Borgol di pergelangan tanganku berderit setiap kali kutarik, tapi tetap tak goyah.“Andini…” suaraku parau, hampir seperti erangan. “Aku… nggak kuat lagi…”Dia hanya tersenyum, senyum tipis yang dingin sekaligus menggoda, jemarinya kembali menyapu perlahan sepanjang batangku yang berdenyut keras. “Begitu lemah hanya karena ini?” bisiknya pelan, lalu menunduk mendekat, bibirnya menyentuh leherku sekilas, hangat dan basah. “Aku … mohon ….” Kalimat itu keluar dari bibirku. Gila memang, tapi aku sungguh tidak lagi tahan!Di saat mendengar kalimatku, Andini tampak terhibur. Dia menatapku, lalu berkata, “Aku bisa memberikanmu izin untuk keluar, tapi … ada syaratnya.”Dadaku naik turun. Keringat dingin bercampur panas nafsu, dan di posisi sekarang—terikat, tak berdaya, dengan tubuhku di
最終更新日 : 2025-08-26 続きを読む