Pintu kamar yang tidak tertutup rapat membuat Rafi berhenti di ujung lorong. Ia refleks mengetuk ringan sebelum mendorong pelan. “Permisi…maaf lancang,” suaranya lirih, dibuat seolah ragu. “Maaf, tadi aku kebetulan lewat. Niatnya cuma mau mampir. Tapi, pintu depan kebuka, dan aku dengar ada suara ribut dari atas, jadi aku langsung kesini. Takut ada apa-apa.” Ia berdiri di ambang pintu, tampak seperti seseorang yang hanya peduli, tanpa niat apa-apa. Tatapannya lembut, tidak menekan, tidak juga agresif, persis seperti yang ia mau supaya Alya percaya. Alya langsung menoleh. Nafasnya pendek, matanya merah menahan amarah bercampur luka. Tanpa banyak bicara, ia meraih koper yang sejak tadi sudah ia siapkan. Tangannya gemetar, tapi ia tegas menarik lengan Rafi. “Fi… bawa aku pergi dari sini,” katanya tegas. Rafi tidak menolak. Ia membiarkan Alya menggenggamnya, membiarkan dirinya ditarik, meski sudut bibirnya sempat bergerak seolah ingin tersenyum, cepat sekali, hampir tak terlihat. I
Last Updated : 2025-11-23 Read more