Pagi itu, ruang administrasi universitas dipenuhi tumpukan berkas penerimaan mahasiswa baru. Alisya duduk di balik meja kayu panjang yang sudah penuh map, formulir, dan stempel. Tangannya bergerak cepat, memeriksa dokumen satu per satu, tapi pikirannya jauh tertinggal di rumah. Struk restoran itu masih membayang jelas di kepalanya, membuat setiap angka di berkas terasa kabur.“Lis, kamu nggak apa-apa?” suara Nisa terdengar, memecah lamunannya.Alisya tersentak, hampir menjatuhkan map di tangannya. “Eh… Nisa. Aku baik-baik saja.”Nisa menarik kursi, duduk di sampingnya. Pandangannya tajam, seakan bisa menembus topeng tipis yang coba Alisya kenakan. “Kamu dari tadi kelihatan murung. Padahal biasanya kalau sibuk begini, kamu malah lebih semangat.”Alisya mencoba tersenyum. “Cuma capek. Dua minggu terakhir kerjaan lagi banyak banget.”Tapi Nisa tak mudah percaya. Ia menatap wajah sahabatnya itu lama, memperhatikan mata sembab yang berusaha ditutupi bedak tipis. “Lis, aku sahabatmu. Aku bi
Last Updated : 2025-09-06 Read more