All Chapters of Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal: Chapter 21 - Chapter 30

Kalau Nyonya Lestari sampai tahu soal ini, dia pasti tidak akan berbelas kasihan.Tidak peduli apakah ini benar perintah dari Kirana atau bukan, dia tetap akan menerima hukuman keluarga.Akhirnya, Nyonya Nadindra terpaksa mengalah. "Aku akan bertanya."Dia menahan air mata sekuat tenaga, wajahnya seakan Nayara memaksanya melakukan sesuatu yang kejam dan tak berperikemanusiaan.Melihat itu, Nayara hanya merasa muak.Dengan wajah tanpa ekspresi, dia masuk ke dalam rumah bersama Nyonya Nadindra.Aroma obat di dalam ruangan begitu kuat. Kirana terbaring di atas tempat tidur, wajahnya pucat seperti kertas, mata terpejam rapat.Sudut bibir Nayara terangkat membentuk senyum sinis. Di luar sudah heboh seperti itu, tetapi dia masih bisa setenang ini.Sungguh kemampuan mengendalikan diri yang luar biasa.Nyonya Nadindra menatap Kirana yang terbaring, matanya kembali memerah.Dia melangkah maju, memanggil lembut, "Anakku yang manis, bangunlah."Kirana perlahan membuka mata, lalu menampilkan senyu

Adipati Agung melangkah maju dengan wajah tak senang dan bertanya, "Ibu Laras, apa maksud Anda dengan semua ini?"Andai saja Ibu Laras bukan orang kepercayaan Nyonya Lestari, dia sudah lama menyuruh orang untuk mengusirnya.Arsaka dan Nyonya Nadindra juga terlihat bingung.Ibu Laras menegakkan punggungnya, raut wajahnya penuh wibawa.Dengan suara dingin, dia bertanya pada Wulan, "Katakan pada Tuan dan Nyonya, apa yang sebenarnya terjadi setelah Nona Kirana mengejar Tuan Muda Rayendra keluar hari itu?"Wulan menunduk, menjawab pelan, "Hamba waktu itu mengejar keluar, lalu mendengar Tuan Muda Rayendra berkata kepada Nona Kirana bahwa tidak perlu mengantarkannya. Mereka berdua belum menikah, tidak pantas berjalan bersama. Dulu masih kecil, sekarang sudah dewasa, sebaiknya menjaga jarak."Bukankah itu secara halus menolak Kirana?Arsaka seperti menyadari sesuatu. Dia menoleh ke arah Kirana, dan mendapati air mata mengalir deras di wajah gadis itu yang tampak sangat malu."Jadi, kamu mening

Nayara menatapnya sekilas dengan sorot mata yang dingin. "Apa yang harus membuatku puas? Bukan Kirana yang dipukul, jadi kenapa aku yang harus merasa terharu karena kamu menggantikannya?"Nada suaranya dingin, penuh ironi dan ketidakpedulian yang sulit diungkapkan.Arsaka pun merasa hatinya seperti tertusuk jarum karena tatapan dingin itu.Meski dirinya sebagai kakak memang bersalah, Nayara tetap adiknya. Bagaimana mungkin Nayara begitu kejam padanya?"Kamu..." Arsaka tercekat, lidahnya kelu. Ucapan itu membekukan seluruh tubuhnya. Tenggorokannya terasa panas, rasa manis dan amis menyeruak naik. Darah hampir menyembur, tetapi dia menelannya paksa, memaksa tubuhnya tetap berdiri.Namun tubuhnya tak lagi kuat menopang, perlahan jatuh ke belakang.Nyonya Nadindra menjerit lalu mendorong Nayara dengan keras dan bergegas menghampiri Arsaka.Kaki Nayara sejak tadi memang tak kuat menopang, dia berdiri hanya karena bertahan dengan sisa tenaga.Didorong oleh Nyonya Nadindra seperti itu, tubuh

Kirana menggeleng panik serba salah. "Bukan, bukan seperti itu..."Nayara melangkah dua langkah ke depan, menatap mata Kirana yang penuh air mata. Lalu berkata dengan pelan dan jelas, "Kamu begitu licik, mempermainkan semua orang seakan mereka pion di tanganmu. Kali ini Arsaka menggantikanmu menerima sepuluh cambukan itu, tapi lain kali, kamu tidak akan seberuntung ini.""Kak Nayara, bukan begitu, ini cuma kesalahpahaman." Kirana panik hingga air matanya jatuh tak tertahan. Dia ingin menggenggam tangan Nayara, tetapi Nayara segera menghindar.Nayara tersenyum sinis, tatapannya penuh jijik. "Jangan sentuh aku. Aku jijik."Rayendra merasa pikirannya benar-benar kacau. Ada sesuatu yang mulai jelas dalam benaknya, tetapi dia menolak untuk memercayainya.Dia berdiri di depan Kirana, wajahnya dingin saat berkata kepada Nayara, "Sampai di sini saja. Tidak ada satu pun yang boleh membicarakannya lagi."Namun, yang membalasnya hanyalah tatapan dingin dari Nayara. "Aku yang menentukan apakah ini

Rheyan buru-buru menepuk-nepuk punggungnya, lalu mengembuskan napas berat. "Mulai sekarang, selama kami ada, kami tidak akan membiarkan dia menindasmu lagi.""Kak Rakha tahu kamu berhati polos, tapi pada beberapa orang, kamu tidak perlu bersikap lunak. Kamu menganggapnya sebagai saudara dan memilih tidak mempermasalahkan, tapi dia sama sekali tidak memandangmu sebagai keluarga. Bahkan dia begitu jahat sampai membuatmu dihukum. Orang seperti itu harus dibalas setimpal. Air tuba balas dengan air tuba."Raut keras kepala Rakha memuat seberkas kebengisan, dan dia mengepalkan tangan di hadapan Kirana. "Balas dia. Biar dia tahu kamu bukan orang yang bisa dipermainkan."Amarah Rheyan memuncak, sepenuhnya setuju dengan perkataan Rakha. "Kami berdua tahu betul siapa dirimu. Kali ini kami tidak akan membiarkannya begitu saja."Kirana adalah adik yang paling mereka sayangi. Bagaimana Nayara bisa tega menyakitinya seperti itu?Keduanya saling berpandangan, lalu berdiri bersamaan.Kirana seperti bi