Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menangis Meminta Maaf

Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menangis Meminta Maaf

By:  ValenciaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
100Chapters
20views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Saat Nayara Wiranegara berusia lima tahun, dia baru tahu dirinya adalah anak kandung dari Kediaman Adipati Agung yang tertukar. Dia sangat mendambakan kasih sayang ayah, ibu, dan ketiga kakaknya. Selama sepuluh tahun, dia selalu bersikap hati-hati, berusaha membuat hati semua orang senang. Namun perlahan, kasih sayang mereka semua justru berpindah kepada Kirana Wiranegara, anak angkat mereka. Bahkan tunangan masa kecilnya pun, hanya karena satu fitnah dari Kirana, tega mengirimnya ke barak militer agar dia belajar menjadi penurut. Tiga tahun kemudian, setelah hidup menderita dan menyendiri hingga nyaris dianggap perawan tua, barulah dia dijemput kembali ke rumah. Tapi kalimat pertama yang diucapkan semua orang justru adalah, "Kamu sudah sadar akan kesalahanmu?" Saat itulah dia benar-benar kehilangan harapan. Dia memotong rambutnya dan memutuskan semua ikatan. Awalnya, semua orang mencemoohnya karena dianggap terlalu pendendam. "Kita ini keluarga, kenapa harus sampai ingin berpisah segala?" "Anak perempuan yang tak bermoral seperti dia, apa bisa dapat akhir yang baik?" Mereka menunggu dia menyesal. Namun belakangan, justru mereka yang berlutut di hadapannya sambil menangis meminta maaf. Nayara hanya berkata, "Tidak akan ku maafkan, tidak akan ku kembali selamanya." ... Raja Wali, pria bangsawan yang dingin dan berwibawa pernah jatuh hati pada seorang gadis sejak pandangan pertama. Cincin dari rumput ilalang buatan gadis itu selalu dia kenakan di dekat dada. Suatu hari, gadis itu memberikan harapan padanya. Dan dia pun berpikir, 'Sekalipun seluruh dunia menentangnya, aku tak peduli.'

View More

Chapter 1

Bab 1

"Ini peringatan terakhir, setelah keluar nanti jaga mulutmu baik-baik. Semua yang terjadi selama tiga tahun terakhir, kubur dalam-dalam! Mengerti? Jangan pikir karena kamu putri kandung dari Kediaman Adipati Agung, akan ada yang membelamu!"

"Dulu tidak ada, ke depannya juga tidak akan ada."

Wajah Nayara tampak kosong. Dia hanya mengangguk patuh, tak berani membantah sepatah kata pun ucapan pengurus.

Bersandar pada dinding, dia perlahan melangkah keluar dari barak militer.

Dulu dia penari lincah yang terkenal karena tarian Burung Aruna miliknya, yang membuat seluruh Kota Jayagiri terpukau. Sekarang lututnya nyaris hancur karena terlalu sering dipaksa berlutut.

Tanpa ramuan, sekalipun menguasai pengobatan, dia tetap tak berdaya.

Nayara tiba di luar tenda.

Dia mendengar seseorang memanggil namanya. Nayara mengangkat kepala dengan takut-takut.

Yang pertama Nayara lihat adalah seekor kuda perang pemberian istana, dan di atasnya duduk seorang pemuda bangsawan, Rayendra Senandika, Sri Adipati Cakra muda.

Dia juga dikenal sebagai Senopati Dewa Perang yang termasyhur.

Tubuhnya tegap, bahunya lebar, punggungnya ramping, wajahnya rupawan, dan pembawaannya tetap semulia dulu.

"Kamu akhirnya datang," ucap Nayara dengan suara bergetar, matanya memerah.

Dialah tunangannya yang telah dia cintai selama tiga tahun. Orang yang secara pribadi mengirimnya ke barak militer sebagai pekerja kasar.

Yang menyuruh orang-orang untuk mengajarinya cara menjadi patuh.

Begitu menatap mata dingin dan tak berperasaannya, tubuh Nayara gemetar tanpa bisa dikendalikan.

"Aku bisa membawamu pulang... tapi sekarang, apa kamu sudah sadar akan kesalahanmu?" Rayendra menatapnya dari atas kuda, matanya tajam dan penuh tekanan. Seolah sedang menilai seorang tahanan.

"Kalau saja dulu kamu tidak meracuni Kirana lewat kue itu, dia tidak akan mengidap penyakit keras. Sekarang dia harus minum ramuan setiap hari. Kamu cuma menderita tiga tahun sebagai hukuman, tapi tubuh Kirana tak akan pernah sembuh lagi. Seumur hidupmu, kamu berutang padanya!"

Nayara diam, Rayendra langsung membentak, "Jawab! Kamu sudah sadar atau belum?"

Nada suaranya begitu tajam, membuat jantung Nayara bergetar hebat.

Dia buru-buru berlutut. "Aku sadar... Aku tidak akan berani lagi."

Kesalahannya adalah mencintai mereka, memberikan hatinya sepenuhnya kepada orang yang tak layak.

Saat pertama kali dikirim ke barak militer, dia masih sempat berharap.

Tunangannya tidak mungkin sekejam itu. Sejak bertunangan, Rayendra selalu melindunginya, bahkan rela mengorbankan nyawa demi keselamatannya.

Dia juga percaya orang tuanya di Kediaman Adipati Agung pasti akan menjemputnya.

Karena dia tidak bersalah.

Namun, waktu terus berlalu. Yang datang bukan pertolongan, melainkan penyiksaan yang brutal dari para prajurit.

Dia seorang bangsawan, bukan wanita penghibur.

Mereka tidak berani menyentuhnya, tetapi justru berusaha menyiksanya dengan berbagai cara.

Kadang, dia dipukuli sampai berdarah dengan cambuk khusus untuk mendidik wanita.

Kadang, dia dilucuti pakaiannya dan dilempar ke lumpur.

Mereka semua menunggu dia menyerah.

Menunggu dia membuka mulut, menukar tubuhnya demi sesuap makanan dan sedikit kedamaian.

Namun, dia tidak mau.

Akibatnya, penyiksaan mereka makin menjadi-jadi.

Dia akhirnya belajar patuh.

Dan kehilangan seluruh keberanian untuk melawan.

"Nayara, kamu sedang bermain sandiwara apa sekarang?" Rayendra mengernyit.

Baru tiga tahun dihukum, bisa jadi selemah ini?

Wajah yang dulu bersinar kini pucat pasi, tubuhnya kurus kering.

Pinggangnya begitu kecil, seolah bisa patah hanya dengan satu sentuhan.

Ingin pura-pura dikasihani?

Dia tak akan percaya!

Sejak tiga tahun lalu, dia sudah memerintahkan bawahannya untuk memperhatikan Nayara secara khusus.

Mana mungkin dia sampai menderita?

Rayendra memalingkan pandangan, turun dari kuda, lalu mengulurkan tangan untuk membantunya. "Naik ke kereta."

Namun, Nayara malah ketakutan. Dia memeluk kepalanya, pandangan matanya kosong, terus mengiba. "Jangan... jangan sentuh aku..."

"Cukup! Masih saja berpura-pura menyedihkan?"

Rayendra menatap dingin. "Kamu sedang mencoba membuatku merasa bersalah, ya?"

Nayara akhirnya sadar. Dia terkekeh dengan suara parau, menertawakan dirinya sendiri.

Di hadapan Rayendra, bahkan di hadapan orang tuanya, dia tidak pernah punya hak untuk merasa terluka.

Kalau mereka benar-benar merasa bersalah, tidak mungkin menunggunya sampai hari ini untuk menjemputnya pulang.

Tiga belas tahun lalu, saat orang tuanya menemukannya dan membawanya kembali ke Kediaman Adipati Agung, dia baru tahu dirinya adalah putri kaya yang tertukar.

Selama lima tahun sebelumnya, dia hidup dalam penderitaan, dibesarkan oleh orang tua angkat berhati busuk.

Dia pikir, setelah kembali ke keluarga sebenarnya, dia akan mendapatkan cinta dan kasih sayang.

Akan tetapi ternyata, ayah, ibu, dan saudara-saudaranya malah acuh tak acuh.

Setiap kali Kirana merasa sedih atau kecewa, mereka berlomba-lomba menenangkan dan memanjakannya.

Seolah Kirana adalah putri kandung mereka.

Perlahan-lahan, Nayara dijauhkan.

Dia terus-menerus diperingatkan bahwa sebagai kakak tertua, harus lebih dewasa dan mengalah pada adiknya.

Jangan rebutan. Jangan iri. Jangan menuntut perhatian.

Demi bisa menjadi bagian dari keluarga yang telah lama dia rindukan, Nayara menuruti semuanya, mengalah dalam segala hal demi Kirana.

Tiga tahun lalu, dia bahkan membuat sendiri kue untuk menyenangkan Kirana.

Namun, Kirana malah muntah darah dan disebut terkena racun.

Orang tuanya murka. Mereka percaya Nayara yang pernah hidup di luar selama lima tahun, sudah rusak dari akarnya.

Nayara tidak layak menjadi anak mereka.

Dengan hasutan Kirana, mereka memutuskan untuk mengusir Nayara, dan tidak pernah mengizinkannya kembali ke Kota Jayagiri.

Saudara-saudara yang dulu sangat menyayanginya berkata, "Kirana memang menikmati kemewahanmu selama lebih dari sepuluh tahun, tapi dia tidak bersalah. Bagaimana bisa kamu bersaing dengan cara sekejam itu?"

"Kami tidak punya adik sejahat kamu!"

Tak peduli Nayara bagaimana pun membela diri, tidak ada satu pun yang percaya.

Bahkan sekali pun.

Selama Kirana menangis, semua kesalahan pasti ditimpakan padanya.

Pada akhirnya, orang yang berdiri menghalangi Nayara untuk diusir keluar Kota Jayagiri adalah Rayendra.

Namun yang dia lakukan bukan menyelamatkan, melainkan diam-diam mengirim Nayara ke barak militer sebagai pekerja kasar. Dia yakin, setelah cukup menderita, Nayara akan berubah menjadi patuh.

Angin berdebu meniup rambut panjang Nayara yang berantakan, membuka wajahnya yang kini kurus hingga tak bisa dikenali.

Rayendra mengernyit, tak suka melihatnya. "Bangun. Kita pulang ke kediaman dulu."

Nayara menurut, tetapi baru setengah berdiri, kakinya lemas dan tubuhnya terjatuh lagi ke tanah.

Rayendra menoleh cepat, sorot matanya tajam.

"Kalau tidak mau pulang, kembali saja ke barak militer!"
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
100 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status