Keesokan harinya, Nayara dipanggil ke paviliun Nyonya Lestari.Saat dia tiba, Kirana juga ada di sana.Gadis itu berlutut manis di samping kaki Nyonya Lestari, memijit kakinya dengan lembut.Begitu Nayara masuk, Kirana buru-buru berdiri dengan gugup, memanggil pelan, "Kakak."Lalu, dia segera menyingkir memberi tempat.Wajahnya penuh kesan rela menahan diri.Arsaka mengernyit tak senang, suaranya rendah, "Kirana, kamu juga cucu Nenek, tumbuh besar di kediaman ini. Di hadapan beliau, kamu tak perlu bersikap seolah kamu anak luar."Selesai bicara, dia melirik Nayara dengan tak suka. Matanya penuh dengan rasa muak."Tak ada seorang pun di rumah ini yang berutang padamu. Jadi untuk apa kamu seharian menunjukkan wajahmu yang dingin gitu?"Nyonya Nadindra menutup mulut dengan saputangan dan batuk pelan, "Arsaka, diam."Arsaka menatap Nyonya Nadindra sejenak, lalu tak berkata apa-apa lagi.Namun, wajahnya tetap gelap, sorot matanya tajam.Nayara pun menyadari, Arsaka sedang membela Nyonya Nad
Read more