Tabib istana menggelengkan kepala, lalu membawa kotak obatnya dan pergi.Arsaka melangkah pelan masuk ke dalam ruangan, untuk pertama kalinya, dia merasa tidak tahu harus berkata apa.Saat itu juga, Nayara terbangun.Arsaka memalingkan wajahnya, terdiam sejenak, lalu berkata dengan susah payah, "Kenapa kakimu bisa terluka separah itu? Kenapa kamu tidak beri tahu keluarga?"Nayara menatap mata Arsaka yang dipenuhi kekhawatiran, tetapi dalam hatinya justru muncul tawa dingin.Bahkan, dia benar-benar tertawa kecil. "Tuan Muda Arsaka, ini yang disebut setelah memberi pukulan, langsung memberi penghiburan ya?"Mata Arsaka tiba-tiba membelalak hendak membantah.Namun, suara lembut Nayara kembali terdengar. "Kamu tidak pernah benar-benar percaya padaku. Sekalipun aku menjelaskan, kamu tetap akan menganggap aku sedang bersaing mencari perhatian, sama seperti tadi malam. Aku berusaha membela diri, tapi yang kudapat hanya pukulan.""Jadi, aku bicara atau tidak, apa bedanya?"Nada suaranya begitu
Baca selengkapnya