All Chapters of Kembalinya Sang Mantan Pasukan Elite: Chapter 61 - Chapter 70

Zea menutup telinganya dengan rapat saat mendengar suara Yura yang berteriak kesakitan. Zea sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Yang ada setiap sang ibu merintih kesakitan dan Zea hendak membantu selalu dimarahi oleh Yura. Sehingga kini bocah kecil itu lebih memilih untuk diam dan menutup kedua telinganya."Seandainya Paman Alex tidak pergi keluar kota, mungkin aku akan memilih untuk menghindari ibu dan main ke rumah Paman Alex," cicit Zea.Tak terasa air mata Zea menetes karena merasa ngilu di hatinya saat mendengar teriakan itu. Walaupun Zea hidup dengan ibunya, justru hal itu terasa jika bocah kecil itu hidup seorang diri. Apapun masalah yang sering Zea lakukan, sang ibu juga tidak peduli."Ayolah, paman. Cepatlah pulang," ucapnya lirih.***Di mansion keluarga Cage. Ronald begitu sangat murka setelah mendengar laporan terbaru dari anak buahnya. Dari lima belas penjaga yang turun tangan, semuanya luka-luka bahkan ada yang patah tulang serta kepala dijahit sekitar sepuluh jahitan

Alex, John, dan Alan melangkah pulang dengan membawa oleh-oleh. Dua buruan mereka bawa pulang untuk diolah dan dimakan untuk makan malam."Pesta besar ...." Alan tersenyum semangat. "Akhir pekan yang sangat menggembirakan," sambungnya.Diikuti tawa dari John yang membawa rusa yang lumayan besar. "Apakah ular ini sangat enak? Sepertinya ular ini sudah tua," celoteh Alan sambil mengangkat sosok hewan yang kebanyakan ditakuti oleh orang biasa.Biasa? Mereka bertiga bukan super hero, ya. Authornya lagi pusing.Bagi tiga pria itu, ular adalah makanan enak di saat mereka bertugas di hutan rimba. Apapun mereka makan untuk bertahan hidup. Bukan hal asing juga, bagi seorang prajurit, makan apa saja pun dinikmati.Ketiganya mempersiapkan pembakaran di halaman rumah belakang. John bagian membakar daging, Alan bagian memotong daging dibantu Alex yang menjadi seksi mondar-mandir serta menyiapkan sesuatu di meja makan.Ruang santai di belakang dijadikan tempat makan."Wow, so amazing ...." Alan me

Zea melangkah naik ke atas sambil tersenyum. Senyum yang begitu bahagia dan lega ketika melihat seseorang yang baru saja sampai. "Paman pulang." Berlari menghampiri Alex. "Paman tahu kalau aku punya keyakinan paman akan pulang hari ini." Alex tidak menjawab Zea. Pria itu terus melangkah naik ke lantai dua diikuti oleh Zea. Alex menghentikan langkahnya saat melihat sesuatu. Ya, sebuah kantung berisi susu dan sandwich. Alis Alex berkerut saat mendapatkan bungkusan yang lainnya tergeletak di sudut dinding. Zea muncul dari belakang Alex dan kepalanya terangkat menatap pria itu. Kini tatapan Zea beralih ke bekas bungkus sampah botol susu dan plastik bungkus sandwich. "Maaf, paman." Zea menatap Alex dengan mimik wajah takut, lalu menundukkan kepalanya. "Aku tidak mencurinya. Aku hanya membantu memakannya agar tidak basi dan aku sudah meminta izin pada paman," lanjutnya menjelaskan. Alex menoleh menatap Zea. Bocah itu mundur satu langkah. Bahkan Zea mendengar embusan napas kasar dari

Brandon masih merasa asing dengan suara tersebut. Pria itu masih bertanya-tanya siapa dia? Bahkan tidak bisa dipungkiri jika hati Brandon juga tengah berdebar-debar. Ada rasa takut? Pastinya iya karena dia merasa jika dirinya sudah dikepung. Brandon terus menggerakkan kedua tangannya yang terikat dan sepertinya rasa perih sudah menjalar ke lengan atasnya.'Siap sekali aku ini, huh! Kenapa tali ini susah sekali untuk dibuka?' keluhnya dalam hati.Antara pasrah dan ikhlas jika memang hidupnya harus sampai di hari itu saja. Brandon tidak bisa berteriak dan dalam keadaan terikat. Tenaganya sudah terkuras habis hanya untuk berteriak dan bergerak berusaha melepaskan diri, akan tetapi nihil. Hal itu tidak mungkin terjadi.Brandon masih memasang telinganya dengan tajam. Pria itu masih penasaran di mana dia berada dan siapa mereka. Jika terbukti mereka adalah orang suruhan Alex, maka Brandon akan membuat perhitungan dengan pria itu."Tuan, kami sudah membawanya ke sini," ujar Pablo."Hm, jadi

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 siang. Hanya ada sisa waktu satu jam tiga puluh menit. Padahal jarak tempuh dari apartemen Peter ke rumah Yura kurang lebih sekitar 45 menit. Belum lagi waktu yang ditempuh untuk sampai ke klub malam.Akhirnya Peter meminta pada Yura untuk datang ke apartemennya, jadi pria itu masih punya banyak waktu untuk mempersiapkan diri.Beruntung Yura wanita penurut. Wanita itupun sanggup untuk datang ke apartemen Peter siang itu juga. Entah kenapa Yura begitu patuh dan nurut pada Peter atau karena Yura terlalu cinta pada Peter sehingga wanita itu rela melakukan apapun yang diperintahkan oleh Peter.Jawabannya ada pada si Author hehe ....Setelah mengiyakan panggilan dari Peter, Yura langsung mempersiapkan diri untuk segera menyusul ke apartemen Peter.Tidak butuh waktu lama Yura sampai di apartemen, karena untungnya siang itu tidak terlalu macet.Sesampainya di apartemen, Peter pun sudah siap dan dia pu