Sudah hampir dua bulan sejak Alina lahir.Hari-hari di rumah itu kini diisi suara tangis, tawa kecil, dan kelelahan yang manis.Nayaka belajar mengganti popok dengan tangan gemetar, Ayla mulai bisa tidur tanpa terbangun setiap jam.Hidup memang tak sempurna, tapi terasa utuh — setidaknya begitu pikir mereka.Sampai pagi itu datang.Matahari baru muncul setengah, tapi rumah sudah sibuk.Ayla di dapur, menyiapkan sarapan sederhana sambil sesekali menoleh ke arah Alina yang terlelap di keranjang kecil dekat meja makan.Nayaka duduk di depan laptop, memeriksa email kerja dengan mata lelah namun bahagia.“Mas,” panggil Ayla, “aku tadi kepikiran, kayaknya aku mau mulai kerja dari rumah lagi deh. Biar nggak terlalu jenuh.”Nayaka menatapnya, tersenyum lembut. “Kamu yakin udah siap? Alina masih kecil, lho.”“Aku nggak mau kehilangan diriku cuma karena jadi ibu. Aku tetap mau punya ruang buat mimpi aku juga,” jawab Ayla tenang.Nayaka mengangguk pelan. “Aku dukung, Ly. Aku justru bangga kamu m
Last Updated : 2025-11-11 Read more