Lampu koridor rumah sakit meredup, meninggalkan cahaya kekuningan yang menempel seperti kabut tipis.Nayadiya berjalan perlahan, tanpa suara, seakan langkahnya tidak menyentuh lantai.Ia menatap dinding kaca di sampingnya, dan dari sana, sosoknya memantul — wajah yang selama bertahun-tahun ia benci, ia kutuk, ia cintai, ia musnahkan, lalu ia bangun kembali.Wajah yang sama seperti Nayaka.Namun berbeda di mata.Sangat berbeda.Ia berhenti. Pandangannya menatap refleksi itu dalam-dalam.“Lihat kamu…” bisiknya lirih.“Sudah punya segalanya, ya?”Senyum miring muncul di wajahnya.Tapi bukan kepada pantulan dirinya ia bicara.Ia bicara pada bayangan Nayaka di dalam dirinya.“Dulu aku yang dibuang, Kak.Aku yang kelaparan.Aku yang tidur di lantai dingin sementara kamu dapat selimut tebal dari ayah,”tangannya menyentuh permukaan kaca,“…dan sekarang kamu punya istri manis, rumah nyaman, dan… bayi?”Matanya menyipit, amarah yang begitu terlatih berdenyut halus di balik sorotannya.“Lucu.S
Last Updated : 2025-11-18 Read more