Napas Renxia masih memburu, dadanya naik-turun tak terkendali. Pandangan Andre tetap menusuknya, tapi ia tidak sanggup lagi berada di ruang yang sama. Dengan cepat, ia meraih baju tidurnya yang setengah terbuka, merapikannya dengan tangan gemetar, lalu berbalik menuju pintu.“Ren …” suara Andre memanggil pelan, tapi Renxia tak menoleh.Ia membuka pintu kamar dengan gerakan terburu-buru, lalu keluar dengan langkah cepat. Hawa koridor lebih dingin daripada kamar tadi, tapi tubuhnya tetap panas, bercampur aduk antara malu, marah, dan bingung.Tangannya masih sibuk merapikan kancing yang sempat terbuka. Nafasnya pendek-pendek. Ia menuruni tangga dengan terburu-buru, seakan ingin menjauh sejauh mungkin dari Andre, dari kamar itu, dari semua hal yang membuat pikirannya kacau.Begitu tiba di lantai bawah, Renxia langsung menuju dapur. Ia membuka kulkas dengan tangan yang masih gemetar. Ia meraih botol air dingin, lalu menuangkannya ke gelas. Gelas itu ia genggam erat, bibirnya menyentuh ping
Last Updated : 2025-09-20 Read more