Ren tersentak. Ia membuka mata dengan cepat, lalu mendorong dada Andre dengan kedua telapak tangannya. Dorongan itu tidak keras, tapi cukup untuk membuat jarak di antara mereka. Napasnya terengah, wajahnya memanas, antara malu, takut, dan kesal yang bercampur jadi satu.“Kita … kita bisa telat kalau kamu begini,” ucapnya cepat, suaranya nyaris bergetar.Andre diam sejenak. Lelaki itu menatap Ren dari atas sampai bawah. Tatapannya tajam, seolah menimbang, tapi perlahan senyumnya meredup. Ia menarik napas panjang, sebelum helaan berat keluar dari dadanya. Ia memalingkan wajah sejenak, kemudian kembali menatap Ren dengan sorot mata yang lebih tenang, walau jelas masih menyimpan bara.Ren tidak menunggu responnya. Ia memegang tali tas selempang yang tergantung di bahunya, seolah menutupi kegugupannya. Lalu ia melangkah cepat ke arah pintu, dan menuruni tangga dengan langkah terburu-buru.Andre masih berdiri di tempatnya, mengusap wajahnya kasar dengan satu tangan. “Sial,” gumamnya rendah.
Last Updated : 2025-10-02 Read more