Halaman rumah Ambar akhirnya lengang setelah seharian penuh wartawan dan undangan talkshow memenuhi gerbang, menuntut jawaban. Rani duduk di ruang tamu dengan wajah pucat, ponselnya bergetar tanpa henti—pesan masuk dari produser, tawaran klarifikasi, hingga undangan podcast yang mendesak. Tekanan itu membuat napasnya sesak, tapi ia tetap bertahan, karena tahu bosnya sedang rapuh.Malam semakin larut ketika ketukan pintu terdengar. Suaranya berat, mendesak. Rani ragu, namun ketika ia membuka, sosok Ivan berdiri di sana. Matanya tajam, penuh kerinduan yang tertahan.“Rani… tolong biarkan aku masuk. Aku harus bicara dengan Ambar,” suaranya serak, seperti orang yang sudah terlalu lama menahan luka.Rani gelisah, menoleh ke arah kamar atas. “Saya tanyakan dulu ke Mbak Ambar.”Ambar yang sedang termenung mendengar laporan itu, lama terdiam. Lalu dengan suara berat ia berkata, “Biarkan dia masuk… langsung ke kamarku.”Langkah Ivan terdengar menapak menaiki tangga, semak
Última atualização : 2025-09-28 Ler mais