Di dalam aula terdengar tepuk tangan meriah. Namun, Easton justru menyapu pandangan ke sekeliling ruangan, hingga akhirnya berhenti di sebuah sudut yang tak mencolok. Dia melihat orang yang dicarinya sejak tadi.Maggie masih menyelimuti tubuhnya dengan selendang. Kepalanya menunduk, matanya yang kosong terarah ke suatu titik. Di meja bar di depannya, berderet beberapa gelas anggur tinggi yang sudah kosong. Di bawah cahaya temaram, garis wajahnya samar, tampak kabur, seolah-olah diliputi kabut. Dia terlihat linglung dan sedih.Di sisinya, seorang pria bertubuh tinggi tegap, setengah berjongkok di depannya. Suasana di antara mereka terlihat ambigu.Aula penuh dengan hiruk pikuk dan gemerlap cahaya lampu kristal yang menyilaukan. Orang-orang tertawa, bersulang, bergantian mengangkat gelas. Hanya di sudut yang sepi itu, tidak ada yang memperhatikan dan terasa begitu tenang.Alis Easton tiba-tiba berkerut rapat, dadanya terasa sesak. Rasa nyeri menusuk, menjalar ke seluruh tubuh. Dia sadar
Read more