All Chapters of Setelah Aku Pergi, Baru Kau Menangi: Chapter 41 - Chapter 50

Renisa sedang bersiap untuk bertanding. Ketika menerima telepon dari Nicholas, dia langsung mengangkatnya dengan kesal.Nicholas mengeluh di telepon, "Nona Renisa, aku kehilangan pekerjaan ini gara-gara kamu. Di usiaku sekarang, susah cari kerja lagi, bahkan kalau dapat pun gajinya pasti tidak tinggi. Kamu sudah menghancurkan karierku."Renisa menangkap maksudnya, lalu tersenyum sinis, "Kamu mau kompensasi? Bukannya aku sudah memberikan satu unit rumah padamu sebelumnya? Kamu sendiri yang nggak bisa menyelesaikan urusanmu dengan baik, aku bahkan nggak bilang apa-apa."Nicholas tak terima, melainkan semakin nekat, "Nona Renisa, kamu ngomong begitu dingin banget. Kalau kamu nggak peduli aku, aku bisa langsung lapor ke wartawan. Pada saat itu, kamu juga jangan berharap lagi bisa gabung ke orkestra Yansen."Renisa memang marah, tapi dia juga takut Nicholas asal mengatakannya, yang bisa merusak posisinya di hati Andrian.Dia pun menghela napas dalam-dalam, lalu berkata, "Aku akan memberimu

Yansen dengan nada bercanda berkata, "Pak Andrian, kalau kamu ingin kembali bersama Nona Vannisa, tapi kamu malah membuatnya kehilangan kesempatan penting ini, apa dia mau rujuk denganmu?"Andrian dengan yakin menjawab, "Dia sekarang cuma lagi ngambek sama aku, rujuk itu cuma soal waktu."Yansen sangat meremehkan sikapnya yang ingin serba memiliki dan menolak dengan tegas, "Maaf, Pak Andrian, aku tidak bisa setuju, orkestra kami tidak kekurangan investor."Setelah berkata begitu, dia mengangguk ke Andrian lalu berbalik pergi.Andrian tak menyangka Yansen akan menolaknya.Dia merasa kesal, tapi segera tenang kembali.Orkestra ini bukan hanya punya satu penanggung jawab, kalau Yansen menolak, dia bisa coba yang lain.Lalu dia menelepon asistennya, "Cari tahu siapa saja penanggung jawab Orkestra Resonansi Harmonis, aku mau semua datanya."Asisten dengan cepat mengirimkan data itu.Andrian melihat data tersebut dan mengetahui ada penanggung jawab lain bernama Wiratman Asman yang sedang str

Johan dengan ketakutan menunduk, tidak berani bicara.Keluarga Susanto kali ini bisa melewati masa sulit atau tidak, masih tergantung pada Riski. Jadi meskipun hatinya merasa sangat tertekan, dia tidak berani membantah satu kata pun.Riski mengeluarkan cek dari dalam lengan bajunya, menuliskan serangkaian angka, lalu melemparkannya ke Johan."Luka di kepalamu, biaya pengobatannya akan aku tanggung mewakili Vannisa.""Tidak, aku tidak berani ... "Johan tidak berani menerima uang darinya.Riski tetap mengabaikannya, melepaskan jaketnya dan menyelimuti tubuh Vannisa, lalu menarik tangannya hendak pergi.Namun, Andrian dengan wajah muram langsung menghadangnya."Kamu mau bawa Vannisa ke mana?"Riski menatapnya tajam.Sekejap mata, percikan emosi langsung beradu."Apa urusannya denganmu, Pak Andrian?""Aku mantan suaminya! Tentu aku berhak mengurus ini!" Andrian menggertakkan giginya.Riski mencibir dan berkata, "Kamu juga tahu kamu cuma mantan suaminya? Secara hukum kalian sudah tidak ada

Andrian melihatnya seperti itu, lalu membentak dengan dingin, "Sudah kuduga kamu bodoh. Sudahlah, kamu keluar saja, aku cari jalan sendiri."Andrian merenung sendirian cukup lama di ruang kantor, akhirnya menemukan cara agar Vannisa mau meninggalkan orkestra.Dia menelepon dan berkata, "Halo, Kak Anton, ini aku, aku ingin berbisnis denganmu ... "... Pertunjukan kedua orkestra dijadwalkan pada hari Sabtu.Vannisa selama beberapa hari ini berlatih siang malam bersama grup, dan jarang-jarang Yansen memberi izin kepada mereka untuk pulang lebih awal. Jadi dia ingin segera pulang untuk tidur dan mengumpulkan tenaga.Riski mengirim pesan mengajaknya makan malam.Karena sudah lama tidak makan bersama Riski, dia pun dengan senang hati mengiyakan.Tapi begitu keluar dari gedung musik, sebuah van kecil tiba-tiba berhenti tepat di depannya. Seorang pria tinggi langsung menariknya masuk ke dalam mobil.Vannisa berusaha berteriak minta tolong, tapi pria itu menutup mulut dan hidungnya dengan sapu

"Sekarang, segera transfer ke rekeningku," desak si penculik.Tanpa banyak bicara, Renisa langsung mengirimkan uangnya.Begitu dana masuk, penculik itu memindahkannya ke rekening Vannisa.Vannisa menerima transfer itu tanpa sepatah kata pun.Vannisa memang berniat menjebaknya, jadi membuatnya rugi sedikit, itu pantas saja.Renisa sudah mentransfer uang, lalu mendesak lewat telepon, "Videonya mana? Cepat rekam!"Akhirnya Vannisa bicara, suaranya tenang namun dingin, "Renisa, kamu berani juga. Mau menjebak aku? Menurutmu, aku akan tinggal diam begitu saja? Telepon ini sudah direkam. Siap-siap saja lihat nama baikmu hancur!"Renisa tak menyangka akan mendengar suara Vannisa. Seketika panik, dia buru-buru mencoba mencari cara untuk menyelamatkan diri.Tapi Vannisa sudah lebih dulu menutup telepon.Sementara itu, si penculik gemetar memandang Vannisa. "Urusan sudah selesai, bisa kami pergi sekarang?"Baru saja mereka melihat bagaimana Vannisa dengan mudah memeras Renisa enam miliar rupiah,