Raka tersentak bangun, paru-parunya seolah baru saja keluar dari dalam air. Tubuhnya basah kuyup, terbaring di tepi sungai yang mengalir pelan. --- Di seberangnya, pria bermata abu duduk, meremas rambutnya yang juga basah. “Kau hidup,” katanya tanpa menoleh. Raka berusaha duduk, kepalanya berat. “Kita… berhasil?” Pria itu terdiam cukup lama sebelum menjawab, “Entahlah. Pohonnya memang hancur. Tapi…” ia mengangkat pandangan, menatap ke arah desa di kejauhan. “Lihat sendiri.” --- Kabut tipis menyelimuti desa. Dari sini, Raka melihat rumah-rumah berdiri seperti biasa, tidak ada tanda kebakaran atau retakan. Tapi yang membuat dadanya dingin adalah… semua pintu terbuka. “Sepertinya mereka sedang menunggu,” gumam pria itu. “Menunggu siapa?” “Kita.” --- --- Mereka berjalan menuju desa. Jalan setapak yang biasa dipenuhi suara burung kini sunyi. Di kiri-kanan, pepohonan tegak lurus tanpa goyangan, seperti enggan menyentuh angin. Begitu mereka memasuki batas desa, Raka melihat pend
Terakhir Diperbarui : 2025-09-06 Baca selengkapnya