Raka mundur perlahan, sementara pelukan ibunya masih mengikat erat. Sentuhannya hangat terlalu hangat, seperti demam yang membakar kulit. --- “Ibu…” Raka mencoba melepaskan diri, tapi genggaman itu menguat. Mata wanita itu menatapnya lekat. Air mata menetes, namun di balik kilauannya, bayangan rumah tua itu berkedip. --- “Ada apa? Kau ketakutan?” suara ibunya terdengar normal, tapi ada nada rendah yang bergema bersamanya, seperti dua suara bertumpuk. --- “Aku… hanya khawatir,” jawab Raka. --- Wanita itu tersenyum lembut, tapi sudut bibirnya bergerak seolah menarik lebih dari sekadar kulit. “Kau sudah menemukanku. Sekarang… kita bisa pulang.” --- --- Mereka menuruni bukit. Hujan mulai reda, tapi udara terasa berat, seperti menekan paru-paru. Orang bermata abu berjalan di belakang mereka, tidak berkata apa-apa, hanya menatap punggung ibu Raka dengan intensitas yang membuat Raka gelisah. --- Sesampainya di desa, suasana berbeda. Jalan yang biasanya sunyi kini dipenuhi pend
Terakhir Diperbarui : 2025-09-02 Baca selengkapnya