Hujan malam itu turun seperti amukan langit, memukul atap seng rumah-rumah reyot di Desa Lembah Senja. Angin menderu membawa aroma tanah basah, bercampur dengan bau anyir yang tak jelas dari mana asalnya. Langit kelam, seolah menutup rapat cahaya bulan. Di tengah hiruk-pikuk hujan, sebuah jeritan memecah malam. “Aaaaaa!” Suara itu melengking, melintas tajam di antara deru angin dan rintik hujan. Suara seorang perempuan. Panik. Putus asa. Lalu, seperti ditelan tanah, suara itu terhenti mendadak. Raka berdiri kaku di ambang pintu rumahnya, lampu minyak di tangan bergetar. Matanya menatap ke arah jalan setapak yang menuju bukit, sumber suara itu. Napasnya memburu. “Bu, kamu dengar itu?” Di ruang tengah, ibunya membeku di kursi kayu, selendang tua membungkus tubuhnya. Tatapannya kosong, tapi tangan yang memegang cangkir teh bergetar hebat. “Masuk, Raka,” ujarnya datar, nyaris seperti bisikan. “Itu suara orang! Dia butuh bantuan!” Raka sudah melangkah keluar, hujan membasahi rambut d
최신 업데이트 : 2025-08-09 더 보기