Angin malam bertiup kencang, membawa aroma tanah basah dari sawah. Raras masih duduk di serambi, selendang menutupi kepalanya. Situ berdiri di sisi pintu, tegak seperti bayangan yang tak pernah lelah.Dari kejauhan terdengar derap langkah kuda. Tak lama, sosok Pangeran Laga muncul. Ia turun, wajahnya serius, matanya langsung mencari Raras.“Putri Raras,” panggilnya, suara dalam namun tergesa.Raras berdiri, menahan gemetar di dadanya. Situ segera melangkah ke depan, menunduk hormat, tapi suaranya keras dan jelas.“Gusti Pangeran, harap jaga sikap. Malam ini bukan waktu yang tepat.”Laga menatap Situ tajam. “Aku ingin bicara dengan Raras. Menyelesaikan semuanya.”Situ menegakkan bahunya, tetap menunduk hormat. “Ampun, Pangeran. Tapi tugas hamba menjaga Gusti Raras. Jika ada yang perlu dibicarakan, tunggu siang hari, di hadapan rakyat. Jangan di malam begini, agar tak menambah gosip.”Kata-kata itu membuat Laga terdiam sejenak. Rahangnya mengeras, jelas ia menahan diri.Raras melangkah
Last Updated : 2025-09-15 Read more