Asap tipis masih melayang di langit-langit rumah hiburan. Tirai hangus, lantai basah, dan sisa arang berceceran. Para wanita sibuk membereskan kekacauan, sementara Arum berdiri diam di ambang pintu, membelakangi keramaian.Raras mendekat pelan, masih mengibaskan debu dari rambutnya. Wajahnya tetap jenaka, meski sorot matanya menyiratkan rasa penasaran yang tak bisa ditutupi.“Kalau begini caranya,” Raras berujar sambil menghela napas, “aku harus minta bonus makan gratis di sini. Nyawaku kan hampir melayang juga.”Arum menoleh, memandanginya lama. Ada kesal, ada heran, tapi juga… ada kekaguman yang tak ia mau akui.“Perempuan tolol,” desisnya. “Kau bisa terbakar bersama aku.”“Lho, tapi kan nggak jadi,” Raras menjawab enteng, menyunggingkan senyum nakal. “Aku masih utuh, kamu juga masih cantik. Jadi jangan marah, ya?”Arum menahan diri untuk tidak memukul jidatnya sendiri. Bibirnya sempat bergerak, seolah ingin melontarkan sindiran, tapi akhirnya ia menghela napas panjang.“Kau ini… an
Last Updated : 2025-09-27 Read more