Siang itu, Rakai telah bersiap. Pakaian hariannya tampak rapi, pedang menggantung di pinggang, namun matanya hanya tertuju pada satu sosok, Raras. Ia berdiri di depan pintu, anggun, seolah menanti dengan sabar.Rakai melangkah perlahan, menatap istrinya penuh kasih. Tanpa sepatah kata pun, ia membuka pelukan dan mendekap Raras erat di dadanya. Kehangatan tubuh sang istri menenangkan hatinya, seakan ingin ia simpan untuk bekal perjalanan panjang.Saat bibirnya hendak menyentuh bibir Raras, sang istri buru-buru menunduk, pipinya merona. Rakai tersenyum kecil, kelembutan jelas terpancar di wajahnya. Ia lalu menurunkan kepalanya dan mengecup kening Raras, ciuman penuh kasih, singkat namun sarat makna.“Aku harus pergi sekarang, Nimas,” bisiknya lembut. “Tetaplah di sini, dan tunggulah aku di Mandalajati.”Raras hanya mengangguk, matanya berkaca-kaca. Rakai melepaskan pelukan perlahan, menatapnya sekali lagi sebelum berbalik pergi, meninggalkan rindu yang menyesakkan di dada mereka berdua.
Last Updated : 2025-09-02 Read more