Laras masih terduduk di ujung tangga atas, sambil berpegangan pada railing. Sementara Raina baru saja memasuki ruang kerja. Seperti biasa, ia melangkah pelan dengan senyum tipis yang tidak pudar dari wajahnya. “Silakan duduk, Raina. Obrolan kita serius, tapi kamu jangan tegang,” ujar Denver memberikan seulas senyum hangat, karena memang pria paruh baya itu sudah terkenal ramah sejak muda. “Iya, Pa. Raina nggak tegang,” sahutnya lemah lembut, dengan posisi duduk tegak, mencerminkan sekali seorang nyonya muda. Mata wanita itu lantas menatap pada mantan adik-adik iparnya yang membuang muka dan terakhir bermuara ke arah Dirga. Pandangan mereka bersirobok, tetapi hanya ada dingin yang mengiringi. “Langsung mulai aja, Pa. Jangan kelamaan,” celetuk Diana sambil mendengkus. Denver menepuk meja dan menegur putrinya, “Di! Papa lebih tahu kapan saatnya bicara.” Diana yang duduk di samping Dirga langsung merangkul lengan kakaknya. “Papa benar, Di,” bisik mantan Dokter itu. “Papa s
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-10-27 อ่านเพิ่มเติม