Suara langkah sepatu hak tinggi terdengar mantap di sepanjang koridor lantai 27, menandakan seseorang dengan tekad yang tak bisa digoyahkan.Nadira Alya Rendra — kini bukan lagi gadis yang sama seperti dulu. Tatapan matanya dingin, setiap gerakannya terukur. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri: tidak akan lagi menjadi korban.Di dalam ruangan besar itu, Arkana tengah berdiri di depan jendela besar, menatap langit Jakarta yang muram. Jas hitamnya rapi, tapi aura tegang di bahunya tak bisa disembunyikan. Ia tahu, cepat atau lambat, pertemuan ini akan datang juga.“Kalau ini soal proyek merger, kau bisa langsung ke bagian legal,” ujarnya tanpa menoleh, suaranya datar tapi tajam.Nadira mendengus pelan. “Kalau aku datang hanya untuk proyek, kau pasti lega. Tapi sayangnya, aku datang bukan untuk itu, Tuan Arkana Dirgantara.”Seketika pria itu membalikkan badan. Tatapan mereka bertemu — dua pasang mata yang dulunya saling jatuh cinta, kini dipenu
Last Updated : 2025-10-09 Read more