Setelah Argo pamit, keheningan kembali menyelimuti penthouse. Langkah sepatu Reyhan terdengar mantap menyusuri lorong hingga berhenti tepat di depan kamar. Pintu dibuka, dan dari dalam kamar, Keinarra baru saja meletakkan handuk ke sisi ranjang.Belum sempat ia bergerak, sebuah dekapan hangat menyergap dari belakang. Lengan kokoh Reyhan melingkupi tubuhnya, dagu pria itu bertengger di bahunya.“Reyhan .…” Keinarra menghela napas, separuh tersipu, separuh sebal. “Kamu bau rokok.”Senyum tipis Reyhan terbit. Ia mengecup pipi Keinarra dengan ringan. “Biarpun bau rokok, tetap saja kamu suka aku peluk, kan?” Keinarra mendengus kecil, mendorong dada Reyhan pelan. “Mandi dulu, baru boleh peluk.”Pria itu terkekeh rendah, lalu melepaskan pelukannya. Ia menunduk sebentar, mencium pipi Keinarra lagi sebelum melangkah masuk ke kamar mandi.Air menyala, suara gemericiknya bercampur dengan pikirannya yang tak pernah berhenti berputar. Namun saat keluar dari kamar mandi—rambut basah, tubuh s
Last Updated : 2025-09-22 Read more