Tiga hari berlalu dalam kebahagiaan yang sempurna. Namun, kebahagiaan itu tiba-tiba terganggu oleh suara telepon. Nomor tidak dikenal muncul di layar.Jantung Ivan berdebar kencang. Ia menatap Agnia, yang kini duduk di sofa, memandangnya dengan pandangan khawatir. Ivan mengangkat telepon, mencoba menenangkan dirinya.“Halo,” ucap Ivan.“Selamat siang, Tuan Ivan,” suara dokter terdengar dari seberang telepon. “Ini saya, dari rumah sakit.”“Ya, Dokter. Ada apa?” tanya Ivan, suaranya dipenuhi rasa cemas.“Ada perkembangan yang sangat baik, Tuan,” jawab dokter itu, nadanya terdengar antusias. “Wanita itu... dia sudah sadar.”Ivan terdiam. Ia tidak bisa percaya apa yang ia dengar. “Benarkah?” bisik Ivan. “Dia... dia baik-baik saja?”“Ya,” jawab dokter. “Dia sudah sadar. Dia sudah bisa bicara.”“Baik, Dokter,” ucap Ivan. “Saya akan segera ke sana.”Ivan menutup telepon, lalu menatap Agnia. “Aku... aku harus pergi, sayang.”Agnia mengangguk. Ia tidak bertanya mengapa. Ia hanya memeluk Ivan,
Huling Na-update : 2025-09-02 Magbasa pa