Begitu membaca pesan itu, kening Bitha langsung berkerut frustasi. Tanpa pikir panjang, ia bangkit dan cepat-cepat menekan tombol telepon pada nomor yang baru saja mengiriminya pesan. “Hallo, apa ini Pak Pram?” tanyanya lirih, suaranya bergetar. Di seberang, suara Pram terdengar tenang, nyaris terlalu tenang. “Tolong simpan nomor ini. Jika ada perlu apapun, kamu bisa menghubungi saya lewat nomor ini.” “Baiklah,” Bitha menahan napas, lalu berkata lebih tegas, “tapi tujuan saya menelepon adalah—untuk apa bunga dan undangan ini, Pak?” “Apa lagi,” jawab Pram enteng, “saya hanya ingin lebih dekat dengan jurnalis yang menulis tentang biografi saya.” Bitha mengepalkan tangan. “Tidak perlu seperti ini, Pak. Saya hanya ingin bekerja secara profesional. Lagipula, wawancara saya sudah selesai.” Keheningan sejenak, lalu terdengar helaan napas panjang dari seberang. “Baiklah… jika kamu keberatan menganggap ini sebagai hubungan profesional…” “Tentu saya keberatan,” potong Bitha ce
Last Updated : 2025-08-31 Read more