Kamar Bitha malam itu tampak berbeda. Tirai putih baru terpasang, sprei bersih berganti dengan warna lembut, dan beberapa bunga melati ditaburkan di meja rias. Lampu temaram kuning menciptakan suasana hangat—meski semua serba sederhana, aura malam pengantin tetap terasa. Bitha duduk di tepi ranjang dengan kebaya putihnya, kepalanya tertunduk. Ia masih gemetar, sulit percaya kalau statusnya kini sudah berubah. Suaminya… adalah Pram. Lelaki yang selama ini hanya ia tatap dari kejauhan, dengan segala jarak status, kini ada di sampingnya. Pintu kamar pelan terbuka. Pram masuk dengan langkah tenang, lalu menutup pintu di belakangnya. Untuk sesaat, ia hanya berdiri, menatap Bitha yang terlihat begitu rapuh di atas ranjang. “Bitha…” suara Pram rendah, nyaris bergetar. Bitha mengangkat wajah, matanya masih basah. “Mas…” hanya itu yang keluar, lalu ia buru-buru menunduk lagi. Pram menghampiri, duduk di sampingnya. Tangannya terulur, meraih jemari Bitha yang dingin. Ia menggenggamnya
Terakhir Diperbarui : 2025-09-04 Baca selengkapnya