Usai Ciuman Panas di Ranjang CEO

Usai Ciuman Panas di Ranjang CEO

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-09-14
Oleh:  Lia.FOngoing
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
39Bab
894Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Bitha seorang Jurnalis yang katanya ‘dikutuk’ tak bisa menjalin hubungan lebih lama setelah disentuh—memberanikan diri untuk mengajak tidur atasannya. CEO pendiri K-media Tv. Gila! Bitha memang hampir gila dan frustasi oleh kutukan itu. Tapi apakah Pramudya Notonegoro si Casanova, sama gilanya dengan Bitha, ketika ia langsung mengiyakan ajakan gadis itu?

Lihat lebih banyak

Bab 1

1 - Ajakan Gila

“Bapak mau tidur dengan saya, gak?”

Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Bitha.

Beberapa kepala di ballroom sekitar sontak menoleh. Tapi Bitha tidak menarik ucapannya kembali. Jangan sebut Bitha wanita gila kalau ia sendiri tak cukup berani memulai.

Masalah penampilan? Itu jelas bukan kendala. Semua orang tahu, Bitha tampak memesona malam ini—gaunnya pas, rambutnya disanggul elegan, dan matanya… menyala dengan tekad yang belum pernah ia tunjukkan sebelumnya.

Sesaat sebelumnya, ia bahkan tidak berniat bertanya dengan pria itu. Ia hanya duduk di kursi sudut, menatap email dari pimpinan redaksinya—pemindahan desk ke romansa. Ironis, setelah bertahun-tahun menulis gosip basi, ia justru harus menulis tentang gairah terpendam untuk edisi ke depan? Padahal pagi tadi pacarnya, Gilang, mendadak putus setelah sebuah ciuman terakhir.

Ciuman. Selalu begitu. Setiap kali bibirnya menyentuh pria, hubungan mereka tamat. Seolah ia memang dikutuk.

“Begitu ada pria menyentuhmu, besoknya mereka akan menjauh,” kata seorang ‘orang pintar’ dulu. Dan sialnya, semakin lama semakin masuk akal.

Maka ketika bisik-bisik itu muncul—“Pak Pramudya lewat…”—ia menoleh. CEO flamboyan K-Media. Playboy kelas kakap. Satu bulan bisa ganti pacar entah berapa kali. 

Bitha tersenyum miring. Justru itu. Apa pria seperti dia bukan kandidat sempurna? Kalau benar kutukan itu nyata, siapa peduli jika korbannya playboy? Tidak ada hati yang perlu disakiti. Hanya eksperimen—dan bahan artikel yang bisa menyelamatkan kariernya.

Tapi menurut ramalan sial yang ia tak pernah bisa ia percayai– kutukan itu selalu terjadi kerap setelah ia mencoba tahap lebih serius. Kenapa tidak langsung intinya saja? Berhubungan misalnya?

Jika benar Pramudya adalah pria pemikat yang gemar mempermainkan wanita, bukankah itu justru menguntungkan? Artinya, dia tak perlu khawatir soal perasaan. Tidak akan ada luka, tidak akan ada ikatan. Ini murni eksperimen. Murni… demi eksperimen kutukan dan tulisan artikelnya. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, bukan?

Langkah Bitha mantap saat ia berjalan melintasi lounge. Tumit sepatunya berdetak ringan di lantai marmer, mengikuti ritme jantung yang berdegup tak beraturan di balik dadanya. Setiap tamu yang ia lewati menoleh sekilas—bukan hanya karena gaun hitamnya yang elegan membingkai tubuh rampingnya dengan pas, tapi juga karena aura percaya diri yang menguar.

Ia menghentikan langkah saat tiba di meja ujung ruangan, tempat Pramudya kini duduk bersama seorang pria dan wanita—kemungkinan asisten dan sekretaris pribadinya. Suasana sekitar terasa meredup sesaat saat Bitha berdiri di sampingnya.

Pramudya menoleh. Perlahan. Tatapannya tajam namun tidak terburu-buru, seolah sedang menilai siapa perempuan yang cukup berani memanggil namanya seperti itu.

Pramudya menatapnya dalam diam. Senyumnya tidak muncul—yang ada hanya ekspresi tenang, nyaris datar. Tapi alisnya  sedikit terangkat. Mungkin bingung. Mungkin tertarik.

“Maaf bisa diulang?”

Nada suara bariton itu datar nan pendek. Kalimat singkat meluncur dari bibir Pramudya Notonegoro Notonegoro tanpa ekspresi berarti. Tapi cukup untuk menguji mental Bitha.

Wajar saja—pria ini bukan sembarang lelaki. Nama, reputasi, dan sorot matanya sudah menjadi dinding tinggi yang tidak bisa sembarang orang terobos.

Bitha membalas dengan senyum. Tak lebar, tak terlalu mencolok—hanya seulas tipis yang tersusun rapi di atas bibir merahnya. Senyum menggoda yang ia kenakan seperti senjata.

“Saya, Bitha Araminta. Salah satu jurnalis yang diundang secara khusus untuk acara ini,” ucapnya ringan, nyaris manja.

Tangannya terulur, anggun, menawarkan jabat tangan. Tapi Pramudya hanya menatapnya lalu diam. Tangannya tetap tenang di atas meja, tidak bergerak sedikit pun. 

Semenit kemudian ia membalas uluran tangan perempuan di hadapannya. Anehnya, dirinya tersentak kecil saat Bitha mengayunkan tangannya. Ia menghempaskan tangan Bitha. Kemudian menatap wajahnya sekedar menilai tanpa berkata apa-apa.

Dagu Pramudya terangkat sedikit. Keangkuhan yang terasa melekat sempurna pada jas mahal itu membungkus tubuhnya. Sikap seorang pria yang terbiasa melihat dunia membungkuk padanya—bukan sebaliknya.

“Bisakah kita bicara… secara pribadi. Hanya beberapa menit.” 

Mata Pramudya menyempit sedikit. Nada suara Bitha memang sopan tapi intonasinya tidak biasa. “Saya butuh bapak untuk membantu saya…” 

“Jadi… bapak mau tidur dengan saya, gak ya?”

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
39 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status