Share

Bab 27

Author: Lia.F
last update Last Updated: 2025-09-03 15:46:10

Kamar Bitha malam itu tampak berbeda. Tirai putih baru terpasang, sprei bersih berganti dengan warna lembut, dan beberapa bunga melati ditaburkan di meja rias. Lampu temaram kuning menciptakan suasana hangat—meski semua serba sederhana, aura malam pengantin tetap terasa.

Bitha duduk di tepi ranjang dengan kebaya putihnya, kepalanya tertunduk. Ia masih gemetar, sulit percaya kalau statusnya kini sudah berubah. Suaminya… adalah Pram. Lelaki yang selama ini hanya ia tatap dari kejauhan, dengan segala jarak status, kini ada di sampingnya.

Pintu kamar pelan terbuka. Pram masuk dengan langkah tenang, lalu menutup pintu di belakangnya. Untuk sesaat, ia hanya berdiri, menatap Bitha yang terlihat begitu rapuh di atas ranjang.

“Bitha…” suara Pram rendah, nyaris bergetar.

Bitha mengangkat wajah, matanya masih basah. “Mas…” hanya itu yang keluar, lalu ia buru-buru menunduk lagi.

Pram menghampiri, duduk di sampingnya. Tangannya terulur, meraih jemari Bitha yang dingin. Ia menggenggamnya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Usai Ciuman Panas di Ranjang CEO   Bab 27

    Kamar Bitha malam itu tampak berbeda. Tirai putih baru terpasang, sprei bersih berganti dengan warna lembut, dan beberapa bunga melati ditaburkan di meja rias. Lampu temaram kuning menciptakan suasana hangat—meski semua serba sederhana, aura malam pengantin tetap terasa. Bitha duduk di tepi ranjang dengan kebaya putihnya, kepalanya tertunduk. Ia masih gemetar, sulit percaya kalau statusnya kini sudah berubah. Suaminya… adalah Pram. Lelaki yang selama ini hanya ia tatap dari kejauhan, dengan segala jarak status, kini ada di sampingnya. Pintu kamar pelan terbuka. Pram masuk dengan langkah tenang, lalu menutup pintu di belakangnya. Untuk sesaat, ia hanya berdiri, menatap Bitha yang terlihat begitu rapuh di atas ranjang. “Bitha…” suara Pram rendah, nyaris bergetar. Bitha mengangkat wajah, matanya masih basah. “Mas…” hanya itu yang keluar, lalu ia buru-buru menunduk lagi. Pram menghampiri, duduk di sampingnya. Tangannya terulur, meraih jemari Bitha yang dingin. Ia menggenggamnya

  • Usai Ciuman Panas di Ranjang CEO   Bab 26

    Seketika udara beku. Wajah bapaknya menegang, bola matanya membulat penuh amarah. “Apa kamu bilang barusan?” “Hamil, Pak….” suara Bitha pecah. “Bitha nggak bisa sembunyi lagi…” Braak! Telapak tangan bapaknya menghantam meja kayu hingga bergema. “Astaga, Bitha! Kamu bikin malu keluarga! Siapa laki-laki itu?!” Tangisan Bitha semakin pecah. Ia hanya bisa menggeleng, takut menyebut nama. “Jangan diem! Kamu pikir bisa sembunyi?! Siapa ayah dari anak itu?!” Suara bapaknya meninggi, nadanya penuh amarah bercampur kekecewaan. “Pak, tolong jangan marahi dulu…” Mbak Ratih mencoba menengahi. Tapi ayahnya bangkit, berdiri tegak menatap Bitha yang terisak di kursinya. “Kamu sadar nggak, Bitha? Semua orang hormat sama keluarga ini, dan kamu tega bikin aib begini?!” “Iya, Pak… Bitha tau salah. Tapi—” “Diam!” potong bapaknya dengan suara menggelegar. “Kalau kamu nggak segera kasih tau siapa laki-laki itu, jangan harap Bapak bisa anggap kamu anak lagi!” Bitha terisak makin keras. Raha

  • Usai Ciuman Panas di Ranjang CEO   Bab 25

    Hari itu langit tampak mendung ketika Bitha melangkah memasuki gedung menjulang tinggi milik K-media Tv group. Langkahnya gontai namun tak punya pilihan. Jantungnya sendiri berpacu tak karuan. Bitha melangkah masuk sambil membaca doa-doa agar ia tidak di tolak. Atau Pram berfikir ia hanya ingin memanfaatkan dirinya. “Permisi mbak, saya Jurnalis dari Redaksi Litera, ingin menemui Pak Pramudya, apa beliau ada?” Bitha bertanya sopan, ketika kakinya berdiri tepat di depan meja resepsionis. “Maaf sekali mbak, namun sudah seminggu ini Pak Pramudya sedang tidak di tempat, sedang melakukan perjalanan dinas ke luar negeri.” Bitha mengangguk pun menggigit bibir. Pantas saja panggilan-panggilan telfonnya tak pernah di angkat. Namun itu bukan alasan. Karena Pram bukan orang biasa yang hanya berpindah keluar negeri maka nomornya akan langsung berganti. Jelas Pram menghindarinya. “Oh, baiklah… kalau boleh, saya bisa minta tolong sampaikan pada beliau, saya mencarinya… saya jurnalis dari Lit

  • Usai Ciuman Panas di Ranjang CEO   Bab 24

    Samar-samar, Bitha membuka matanya. Cahaya lampu yang tadinya buram perlahan mulai jelas. Pandangannya langsung menangkap wajah Mbak Ratih yang duduk di sisinya. Tubuhnya sendiri terasa lemah, terbaring di atas ranjang. “Bitha…” suara Mbak Ratih terdengar serius, nyaris menekan. “Coba jelasin ke Mbak, kamu udah telat menstruasi berapa lama?” Pertanyaan itu membuat Bitha terbelalak bingung. Ia sempat berpikir Mbak Ratih akan menanyakan soal kesehatannya, bukan hal itu. Linglung, Bitha mencoba mengingat—dan hatinya makin ciut ketika sadar. “Mungkin… dua atau tiga minggu,” jawabnya ragu. “Soalnya biasanya aku rutin tiap bulan.” Mbak Ratih mendesah berat, tangannya menyibak rambut dengan gerakan gusar. “Ya Tuhan…” Ia lalu mendekat, menurunkan suaranya hampir berbisik. “Bitha, jujur sama Mbak. Siapa lelaki itu?” Alis Bitha berkerut. Tapi saat menyadari arah pertanyaan itu, jantungnya seolah dihantam batu besar. Bibirnya langsung digigit, menahan rasa kalut yang membuncah. “

  • Usai Ciuman Panas di Ranjang CEO   Bab 23

    Setelah pertengkaran kemarin dengan Bitha di kantornya, Pram memutuskan satu hal: pergi. Lelaki itu ingin menjauh sejauh mungkin dari bayangan gadis itu. Kekecewaan yang menggerogotinya terlalu dalam. Ia merasa telah membuka ruang, menaruh harapan, bahkan hampir percaya bahwa Bitha bisa berbeda dari wanita lain—nyatanya semua tampak sama: mencari keuntungan dari kedekatan dengannya. Di benak Pram, Bitha pasti sedang tersenyum puas. Artikel itu akan melejitkan kariernya, menempatkan namanya di atas awan. Cepat, singkat, dan tanpa pertimbangan panjang. Dan ia, Pramudya Notonegoro, kembali menjadi lelaki naif yang terlalu mudah percaya. Ironisnya, justru Bitha yang seharusnya menjadi pengecualian. Satu-satunya wanita yang tidak membangkitkan trauma ketika ia disentuh. Tapi kini semuanya runtuh dalam sekejap. “Pak, perjalanan sudah disiapkan.” Banu bersuara pelan dari balik pintu, memecah lamunannya. Pram hanya mengangguk singkat, lalu melangkah masuk ke mobil mewah hitamnya. Pa

  • Usai Ciuman Panas di Ranjang CEO   Bab 22

    Bitha mengikuti Langkah Pram ke sebuah ruangan yang sudah Banu yakini steril dari pendengaran orang lain. Di balik kaca ruang meeting mereka bicara. Seharusnya Pram mendatangi Pimpinan Redaksi Bitha lebih dulu, namun rasa kesalnya tak bisa ia sembunyikan. Terlebih kini mereka dekat. Pram hanya tak suka, jika Bitha mungkin mengambil kesempatan dari kedekatan mereka. Kedua tangan Pram terlipat di dada. Di tatapnya Bitha intens. Gadis itu hanya diam. “Kamu tau kenapa saya harus bicara sama kamu?” Bitha menggeleng. Pram menghela nafas kasar. “Bitha, saya jelas-jelas tidak suka dengan isi artikel itu. Bukankah saya hanya izinkan kamu menulis tentang biografi saya, dan filter mana yang harus di up atau di hold…” Nada suara Pram merendah, tapi justru terasa lebih mengancam. “Apa kamu sengaja, hah? Mau cari sensasi dengan menuliskan sisi yang tidak saya izinkan?” Bitha mengangkat wajahnya, matanya bergetar menahan amarah. “Pak, saya tidak menulis gosip. Saya menulis apa yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status