All Chapters of Ranjau Cinta di Ranjang Mafia: Chapter 41 - Chapter 50

"Halo? Alex... Aku sepertinya hamil...""Viona? Apa kamu sedang mabuk?" Alex menggenggam erat handphone yang ia kenakan.Telinganya seperti disulut api saat mendengar kabar mengejutkan dari wanita yang hingga kini masih ia cintai."Tidak.. tapi, ini masih dugaanku!"Saat ia menjawab masih dugaan, setidaknya Alex masih punya kesempatan.Bisa saja itu hanya asumsi yang dilakukan oleh Viona saja. "Bagaimana mungkin masih dugaan tapi kamu sudah mengira kalau diri kamu hamil?""Aku..." Viona tak tahu harus menjelaskan mulai dari mana.Jika ia berada di pernikahan yang normal, seharusnya ia bisa menjelaskan kepada suaminya. Karena suamilah yang seharusnya pertama kali tahu soal berita bagus ini."Cerita saja. Jangan berbelit-belit. Ingat, di antara kita sudah tidak ada rahasia lagi, Viona!"Alex mengambil posisi duduk yang dekat dengan ia saat ini. Dirinya tak mau jika nanti harus ambrug atau kebingungan jika beri

“Apa?” Alfonso mendekati mereka semakin dekat.“Nona Viona sakit. Dia cerita kalau bisa saja maag-nya kambuh!” ia cepat membuat alasan agar Alfonso tidak semakin kepo.Sepertinya pertanyaan dan rasa penasaran Alfonso sudah terjawab.Ia tak mau berlarut-larut mengurusi hal kecil yang tidak penting.“Viona, apa proyek tiga rumah kemarin yang di grup ke dua sudah selesai?” Tanya Alfonso setelah melihat beberapa modelling karya Viona di layar.“Ini.. aku sudah mengerjakan dan hari ini aku sebenarnya mau mengirimkan progress ini padamu!”Pria itu mengangguk-angguk karena ia memang tak salah pilih menyerahkan proyek ini pada istri kakak kandungnya.“Perfect!” Ia menganggukkan kepala melihat model-model rumah baru itu.“Terima kasih!” Viona merasa tersanjung.“Nona, saya harus melanjutkan pembersihan di dalam. Jadi, saya permisi dulu Nona dan Tuan Alfonso!” Ia mengambil kembali peralatan yang tadi hanya diletakkan di dekat meja

Tanpa ia sadari, di sebelah mejanya masih ada sebuah benda yang seharusnya tadi ia buang."Hey Viona, test pack siapa itu?""Apa maksudmu Alfonso?" Terkejut karena ia lupa membuang bungkus test pack yang tempo hari masih ada di saku jaket yang ia kenakan."Itu... test pack siapa?""Ah, itu?" Ia berusaha setenang mungkin setelah ingat kejadiannya. "Salah satu pembantu di rumah ini memintaku untuk menyediakannya. Dia sudah beberapa lama tidak mens dan sepertinya ia sedang hamil.""Siapa?" Tanya Alfonso."Ssst... aku tak berani mengatakan siapa orangnya karena aku sudah berjanji agar tak memberitahukannya pada siapapun. Aku harus menepati janjiku, bukan?"Alfonso mengangguk. "Iya. Betul itu. Sebagai seseorang yang lahir dari keluarga mafia, aku tahu betul kalau kita memang harus menepati janji. Itu adalah salah satu wujud kita memiliki integritas yang tinggi.. Ah, aku terlalu banyak bicara!""Terkadang aku suka dengan

"Kenapa melihatku begitu?" Tanya Renzo yang berpapasan dengan Viona.Ia yang baru masuk ke kamar tampak buru-buru mengalihkan pandangannya.“Tidak apa-apa.” Viona tak berkomentar.Dirinya terkejut karena melihat namanya terpampang di bagian depan dada kiri suaminya. Itu jelas-jelas adalah tattoo yang baru saja dibuat.“Viona.. kamu terlihat aneh sekali kalau aku boleh jujur. Apa ada hal yang kamu sembunyikan dariku?”Dia tetap bersikukuh dan menggelengkan kepala. Intinya ia merasa semuanya baik-baik saja.Hanya Viona sendiri yang tahu dan paham apa reaksi tubuhnya setiap kali Renzo mendekat. Jantungnya makin berpacu kencang dan seolah ia ingin selalu berada di dekatnya.Apa ini bawaan bayi yang sedang ia kandung?Sebenarnya ia ingin segera memeluk suaminya begitu tahu ia datang. Namun ia sekuat tenaga melawan pikirannya itu.“Tidak ada apapun yang aku sembunyikan.”Renzo terdiam

“Renzo, suhu tubuhmu tinggi sekali!” Kulit Viona saat bersentuhan dengan lengan Renzo terasa terbakar. "Renzo, apa kamu baik-baik saja?"Lelaki itu tak menjawab dan kembali merebahkan tubuhnya ke atas ranjang.Saat merawat Viona, ia bahkan tak merasakan kalau sebenarnya tubuhnya juga sedang demam tinggi."Ya Tuhan.. suhumu tinggi sekali!" Ia baru saja mengecek suhu tubuh Renzo yang lebih dari tiga puluh sembilan derajat. Nyaris hampir empat puluh."Sudahlah.. kamu selesaikan packing saja. Aku tidak apa-apa." Ia bertindak seolah enggan untuk menerima kebaikan wanita yang sebentar lagi sudah akan kembali pada kehidupan asalnya.Renzo berbaring dan meminta Fez untuk mengambilkannya segelas air putih.Viona berkutat dengan barang bawaan dan sepertinya ia sudah selesai berkemas. Ia membawa koper dan tasnya ke ruang depan.Di sana sudah ada Alex dan Ayahnya."Viona.. biar aku bawa barangmu ke mobil." Alex men