Kael berusaha berdiri, tubuhnya gemetar. Retakan aura hitam di kulitnya masih berkilau samar, seperti bara yang menolak padam. Ia menatap ketiga lawannya dengan napas berat.“Jangan beri dia kesempatan bangkit,” desis Liora. Tangannya bergerak cepat, mengeluarkan bola-bola racun kehijauan dari dalam kantong kecil di pinggangnya. “Tetesan Racun Neraka!”Bola-bola itu melayang seperti mutiara berkilau, tapi begitu menyentuh kulit Kael, suara desis terdengar jelas—kulitnya terpanggang, melepuh, dan menghitam. Bau daging terbakar memenuhi ruangan.Veyro tertawa pelan, lalu menjentikkan jarinya. “Labirin Seribu Bayangan.”Sekejap, dunia Kael terbelah-belah. Pilar-pilar di sekitarnya berganda, lantai terputar seperti cermin retak. Bayangan musuh bermunculan dari segala arah. Pandangannya berkunang-kunang, langkahnya goyah. Ia meraih udara, tapi hanya menemukan kehampaan. Dan di tengah kekacauan itu, bola-bola racun Liora menghantamnya satu per satu, menancap ke kulit, menyalakan rasa perih
Last Updated : 2025-09-25 Read more