Di ketinggian langit, Kael membuka matanya perlahan.Aliran angin berubah. Tidak kasar, tidak besar — namun mengalir dengan niat… buruk.Ia tidak menengok ke belakang, namun segala yang bergerak di bawah sana langsung tergambar jelas di benaknya seperti bayangan air.Enam titik aura. Kasar, liar, dan yang paling kentara, penuh darah.Kael mengembuskan napas pelan, “Mereka bahkan tidak repot menutupi niat membunuh mereka.”Ia menurunkan pandangannya. Di jalur berbatu di bawah awan kabut tipis, enam bandit berderap kencang dengan kuda-kuda spiritual bertubuh api. Beberapa bercak darah masih menempel di pakaian dan leher mereka — merahnya belum sepenuhnya mengering.Mereka baru saja membantai banyak orang. Mungkin satu desa.Alis Kael sedikit terangkat.“Apa mereka mencoba merampokku? Berpikir bahwa aku adalah buruan, sama seperti orang-orang yang telah mereka bunuh?” gumamnya datar.Tu Feng melengos sedikit, seakan menunggu perintah.Kael mengusap lehernya pelan.“Kita tidak akan membia
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-10-25 อ่านเพิ่มเติม