Arga membuka pintu mobil pelan, rumah tua itu tampak lebih seram di malam hari. Di beranda rumah tampak Rian yang sudah menunggu. Jas hitamnya terlipat rapi, wajahnya tanpa senyum.“Selamat datang,” katanya datar. “Kalian datang tepat waktu.”Suaraku menegang. “Mana Ayah?”Rian tersenyum tipis. “Sayang, kau akan melihatnya… saat akad dimulai.”Arga mengepalkan tangan. “Kau janji dia aman, Rian. Itu satu-satunya alasan kami datang.”“Dan aku lelaki yang menepati janji,” jawabnya ringan. “Tapi janji itu berlaku setelah semuanya berjalan sesuai rencana. Ayo, jangan buat aku kehilangan kesabaran.”Dua orang pria bertubuh besar muncul dari balik pintu, mengisyaratkan kami untuk masuk.Arga berjalan di sampingku, berbisik cepat, “Kalau dia bohong, aku...”“Jangan, Ga. Kau tahu dia bisa berbuat lebih gila dari ini.”Kami memasuki ruang tamu luas dengan perabot antik. Di ujung ruangan, duduk dua orang saksi dan seorang penghulu yang tampak gelisah, seolah dipaksa hadir. Di belakangnya, monito
Last Updated : 2025-10-06 Read more