Pertanyaan itu menggantung di udara, menciptakan keheningan yang tegang. Rian meletakkan sendoknya, menatapku lurus di mata. Senyum tipisnya menghilang, digantikan oleh tatapan serius yang menenangkan. “Ya, hanya berdua,” jawabnya perlahan, menekankan setiap kata. “Tapi jangan khawatir. Villa itu besar, dan aku tidak akan memaksamu melakukan apa pun, Farah. Aku sudah berjanji. Kita pergi ke sana agar kau bisa pulih total tanpa gangguan. Kita perlu ketenangan, dan Ayah perlu fokus menjaga Nenek tanpa perlu khawatir tentangmu.” Ayah mendengarkan, ekspresinya masih dipenuhi keraguan. Dia melirikku dan Rian bergantian. “Ayah tidak setuju kalian berduaan di Villa. Kau masih sakit, Farah. Lebih baik kau kembali ke rumah saja, biar Ayah yang temani.” Nenek dengan cepat menyela, menggenggam erat tangan Ayah. “Sudahlah, Nak. Jangan buat suasana tegang. Mereka sudah sah suami-istri. Mau di mana pun mereka tidur, itu bukan urusan kita. Lagipula, Rian juga lelah, semalaman dia tidak tidur me
Huling Na-update : 2025-10-13 Magbasa pa