Aku cepat melipat kembali kertas itu, menyelipkannya di bawah bantal tepat saat Nenek menoleh.“Kau sudah baca, Nak?”“Sudah, Nek. Hasilnya baik,” jawabku cepat sambil tersenyum. “Dokternya bilang lukanya tinggal dijaga saja.”Nenek mengangguk pelan, tapi tatapannya seperti menembus pikiranku. Aku tahu ia tidak sepenuhnya percaya, tapi ia memilih diam.“Kalau begitu, Nenek mau salat dulu, ya,” katanya lembut, lalu berdiri dan berjalan pelan ke arah kamar mandi kecil di dalam ruangan.Begitu pintu kamar mandi tertutup, aku menarik napas panjang.Aku menggigit bibir. Bagaimana jika Rian benar-benar datang malam ini? Ia bilang akan kembali.Pintu kamar mandi terbuka, Nenek keluar sambil mengeringkan tangan. “Farah, Nenek ke luar sebentar ya, mau ke ruang perawat. Kau istirahat saja.”Aku hanya mengangguk, berpura-pura tenang. Tapi begitu Nenek keluar dan pintu menutup di belakangnya, seluruh keberanianku runtuh.Aku menatap ke arah jendela yang tertutup tirai. Di luar, langit mulai mendun
Terakhir Diperbarui : 2025-10-11 Baca selengkapnya