Dia tidak bergerak, seolah langkah sekecil apa pun akan membatalkan kata-kataku. Jurnalnya terlepas dari genggaman, jatuh di karpet tanpa suara. "Farah..." bisiknya, namaku terdengar seperti sebuah doa yang dijawab setelah penantian panjang.Aku tersenyum lembut, "Aku mau malam ini kamu... di sini."Rian mendekat, mengitari tempat tidur, mengambil bantal dan selimutnya dari dan meletakkannya dengan rapi di sisi tempat tidur yang berlawanan denganku. Ia duduk di tepi kasur, memandangku, tatapannya mencari izin untuk setiap gerakan. Aku menarik selimut dan memberinya ruang. Dengan kehati-hatian yang berlebihan, ia mengangkat kakinya dan berbaring. Tubuhnya tegang, jarak antara kami terasa seperti jurang yang luas, meski hanya dipisahkan oleh beberapa inci kasur. Dia berbaring miring, punggungnya menghadapku, sebuah isyarat tentang batasan yang masih kami jaga.Aku memejamkan mata, merasakan aroma familier musk dan aftershave-nya, yang kini tidak lagi memicu rasa takut."Rian," panggil
Last Updated : 2025-10-28 Read more