Reyhan menatap punggung Kayla sejenak, kemudian berkata pelan, “Aku tahu ini bukan saat yang tepat. Tapi suatu hari nanti, aku ingin kau ingat bahwa ada seseorang yang mencintaimu dengan tulus, tanpa syarat, dan tanpa pamrih.” Tanpa menunggu jawaban, Reyhan berbalik dan berjalan menuju pintu. Sebelum keluar, ia berhenti sejenak dan menoleh sekali lagi. Kayla masih berdiri membelakangi, terdiam dalam air mata yang tak bisa ia sembunyikan. Saat pintu tertutup, Kayla akhirnya terjatuh di kursinya. Tangannya menutupi wajahnya, bahunya bergetar menahan tangis. “Maaf, Reyhan … hatiku belum siap. Dan mungkin, tidak akan pernah siap lagi.” Malam itu, setelah Reyhan pulang, Kayla berdiri sendirian di balkon. Angin malam menyapu rambutnya, membawa aroma hujan yang menggantung di udara. Ia menatap langit kota yang berkilauan. Dalam keheningan itu, pikirannya melayang pada dua nama yang kini mengisi hidupnya dengan cara yang berbeda,Arvino, masa lalu yang belum selesai, dan Reyhan, harapan y
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-10-10 อ่านเพิ่มเติม