Tepi sungai timur selalu menjadi tempat sunyi, dikelilingi pepohonan tinggi dan semak-semak lebat. Namun hari itu, keheningannya terasa berbeda—lebih tegang, lebih pekat. Puluhan prajurit menjaga perimeter, menyingkirkan warga yang penasaran.Begitu Rael, Paman Halim, dan Ragas tiba, suara percakapan para prajurit langsung mereda. Mereka memberi jalan sambil menunduk hormat, tapi Rael bisa melihat kegelisahan di mata mereka.Di tepi air, di atas tandu darurat yang ditutupi kain putih, jasad Prajurit Seno terbaring.Paman Halim melangkah mendekat, namun berhenti satu langkah sebelum kain itu dibuka. Matanya memerah, tetapi ia tetap tegap.“Buka,” ujarnya.Salah satu prajurit mengangkat kain itu perlahan.Rael menahan napas.Tubuh Seno tampak basah, pucat, tetapi tidak ada luka besar atau tanda-tanda perlawanan. Wajahnya seperti seseorang yang tertidur—kecuali bibirnya yang membiru.Halim menatap lurus pada jasad itu. Tidak ada air mata, hanya kemarahan sunyi yang hampir terasa dari uda
Last Updated : 2025-12-09 Read more