Malam itu istana diselimuti keheningan yang tidak biasa. Para penjaga berjalan lebih tegak, para pelayan berbisik lebih pelan, dan para pejabat—yang beberapa hari terakhir hidup dalam ketakutan—menyadari bahwa ancaman terbesar mereka bukan lagi para pengkhianat yang ditangkap, tetapi sosok yang tak pernah mereka lihat: Rael.Di ruang kerja pribadi raja, Halim berdiri dengan kepala sedikit menunduk. Sang raja memandang gulungan laporan di tangannya dengan mata yang sulit ditebak—campuran takjub, lega, sekaligus penasaran.“Anak itu… menyelesaikan kekacauan yang bahkan para jenderal tak bisa atasi,” ujar raja perlahan. “Tanpa suara, tanpa tampil, tanpa meminta pujian. Ia seperti bayangan.”Halim tersenyum kecil. “Itu memang cara Rael bekerja, Yang Mulia. Ia tak ingin namanya diumbar. Selama saya bisa menjadi penghubung, ia akan terus bergerak dari luar.”“Katakan padanya,” lanjut raja, menegakkan tubuhnya, “Kerajaan berutang padanya. Aku berutang padanya.” Suaranya menurun, hampir seper
Last Updated : 2025-11-18 Read more