Hari-hari berikutnya berjalan seperti air tenang yang menyembunyikan arus deras di bawahnya. Rael tidak lagi sering terlihat di aula besar. Ia memilih bergerak di ruang-ruang kecil: arsip lama, kantor pajak wilayah, barak pengawal, dan rumah-rumah bangsawan kelas menengah yang jarang disapa kekuasaan. Di sanalah simpul-simpul nyata kerajaan berdenyut.Suatu sore, di ruang arsip yang pengap, seorang penjaga tua menyerahkan buku besar berdebu. “Catatan sebelum reformasi pajak,” katanya. “Tak banyak yang mau membacanya.”Rael membuka halaman demi halaman, jarinya berhenti pada pola yang ia kenal: aliran dana kecil, rutin, tak mencolok—menuju rekening perantara yang sama. “Ini bukan pencurian besar,” gumamnya. “Ini jaring.”Malamnya, di rumah seorang bangsawan kecil bernama Lady Merien, Rael duduk tanpa pengawalan. Teh dihidangkan sederhana. Wajah Merien tegang.“Apa yang Tuan Rael inginkan?” tanyanya.“Kejujuran,” jawab Rael. “Dan keberanian yang sering terlupakan.”Merien tertawa hambar
Last Updated : 2025-12-27 Read more