Pelayan tua itu langsung menutup mulutnya rapat-rapat, wajahnya pucat pasi. Rael refleks bersembunyi di balik rak kayu berisi karung gandum, menahan napas. Detak jantungnya terdengar jelas di telinganya sendiri, seperti genderang perang.Penjaga itu melangkah masuk, matanya menyapu ruangan. Ia mendekat ke meja, lalu berhenti tepat di depan rak tempat Rael bersembunyi. Tangannya bergerak, meraih gagang pedang.“Keluar!” bentaknya.Rael merasakan keringat dingin mengalir di pelipis. Satu detik saja terlambat, pedang itu bisa menembus tubuhnya.Namun tiba-tiba, pelayan tua maju dengan cepat. “Maaf, Tuan! Itu saya… saya hanya bicara sendiri. Umur saya sudah tua, kadang saya melamun saat bekerja.”Penjaga menatapnya tajam, ragu beberapa saat. Lalu, setelah menggeram, ia menurunkan tangannya. “Jangan buat masalah lagi. Nyonya besar tidak suka pelayan bodoh berkeliaran malam-malam.”Dengan langkah berat, ia keluar, menutup pintu dapur keras-keras.Rael masih berjongkok, napasnya berat, jari-
Last Updated : 2025-09-04 Read more