All Chapters of Jodoh dari Masa Lalu: Chapter 21 - Chapter 30

Mana sebenarnya sisi asli Bagas?Lintang sudah tidak bisa lagi membedakannya.Melihat sikap Lintang mulai melunak, Bagas pun sedikit melonggarkan pelukannya. Dia membungkuk, menyentuh ujung hidung lintang dengan sok akrab dan berkata dengan lembut."Meski masih marah, kamu harus merawat lukamu dulu sebelum marah padaku. Aku nggak akan mengizinkanmu membalasku dengan melukai dirimu sendiri."Bagas menggenggam tangan Lintang dan hendak membawanya ke kantornya.Lintang benar-benar enggan memasuki kantor Bagas.Dia merasa mual.Genggaman pria itu di pergelangan tangannya cukup kuat, sehingga Lintang tidak bisa melepaskan diri. Kemudian, Lintang berkata dengan suara tertahan."Ke ruang kesehatan saja."Melihat wajah Lintang yang tampak muak dan sikapnya yang keras kepala, Bagas pun merasa tersentak di dalam hati. Muncul perasaan yang sulit dia sembunyikan. Melihat Lintang tetap bersikeras, Bagas pun tidak punya pilihan selain mengalah. Dia lalu membawa Lintang menuju ruang kesehatan.Setiba

Seketika itu juga, di ujung telepon langsung menjadi hening. Setelah beberapa saat, terdengar suara Juwita yang terkejut, bercampur dengan tidak percaya."Benar… benarkah?""Hmm," gumam Lintang. "Aku akan atur semuanya. Sebelumnya, jangan bocorkan berita ini pada siapa pun."Juwita terdiam sejenak, lalu berulang kali meyakinkan Lintang jika dirinya sama sekali tidak akan memberitahukan hal ini kepada siapa pun.Setelah tenang, Juwita pun merasa jika Lintang sepertinya tidak mungkin bisa menarik Faris untuk berinvestasi dalam proyek Sinar Makmur.Bagaimanapun, dengan keuntungan proyek Sinar Makmur yang sekecil itu, mana mungkin orang seperti Faris akan tertarik?Setelah mengakhiri panggilan telepon, Lintang mencari kartu nama yang diberikan Pak Sandy saat kecelakaan mobil sebelumnya di tasnya, tetapi tidak menemukannya.Perusahaan asuransi sudah menangani semua masalah lanjutan terkait kecelakaan tersebut. Lintang sendiri sama sekali tidak menyimpan kontak apa pun terkait Faris maupun a

Faris mengulurkan tangan dan mengambil ponsel dari tangan wanita itu. Jari-jarinya yang panjang dan indah dengan lembut menyapu telapak tangan Lintang, sehingga menimbulkan sensasi geli.Pria itu dengan cepat menarik kembali tangannya, menundukkan kepala sedikit dengan ekspresi tenang, lalu menatap layar ponselnya. Faris pun menekan tombol konfirmasi di bawah kata "KALAH", lalu keluar dari permainan.Lintang sedikit mengerucutkan bibirnya. Dia berpikir sebentar, lalu berkata dengan pelan."Kalau kamu mau, aku bisa ajarin kamu main gim."Faris mengangkat alisnya. "Ajarin aku?"Faris sedang meragukan Lintang.Sepasang mata yang dalam dan tajam itu menatap Lintang tanpa berkedip, seolah sedang menilai kemampuan Lintang.Tatapan itu membangkitkan semangat kompetitif dalam diri Lintang. Lintang pun segera mengeluarkan ponselnya."Aku jago main jungler. Beberapa hero-ku bahkan punya tanda nasional kecil."Sambil berkata seperti itu, Lintang membuka layar ponselnya, mencari aplikasi untuk mas

"Aku cuma menolak perjodohan tanpa cinta dan mengalami kegagalan cinta. Bagaimanapun, itu bukan dosa yang pantas untuk dihukum mati. Pak Faris, kenapa kamu terus mengejar dan menyudutkanku karena kegagalanku?"Suara Lintang terdengar agak lemah. Namun, tidak ada sedikit pun nada putus asa dalam kata-katanya. Seakan-akan, Lintang hanya merasa tertekan karena Faris sengaja mempersulitnya, sehingga dia menunjukkan sedikit sikap kesal.Pria yang berdiri di balkon itu tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia hanya mengangkat tangannya dan melempar puntung rokok yang sudah diremasnya menjadi gumpalan kecil ke tempat sampah dengan santai.Suasana menjadi tegang.Lintang terdiam selama beberapa saat. Dia menyadari jika Faris bukanlah orang yang bisa dimarahinya semaunya. Lintang pun menekan emosinya dan menenangkan diri."Maaf, sudah mengganggu. Aku pamit dulu."Lintang buru-buru berbalik dan pergi, dengan raut wajah yang tampak sedikit muram dan kecewa.Faris seperti tokoh utama laki-laki dalam

Hari itu, jaket Faris basah terkena air dari tubuh Lintang saat mereka di rumah sakit.Setelah keluar dari rumah sakit dan kembali ke rumah, Lintang pun mencuci jaket itu dengan tangan dan sekarang jaket tersebut masih tergantung di ruang jemuran.Setelah kembali mendapatkan kesempatan, rasa putus asa yang sebelumnya menyelimuti Lintang berkurang banyak. Diam-diam, Lintang menyemangati dirinya sendiri sambil memikirkan cara membuka pembicaraan dengan Faris nantinya, untuk membujuknya membeli saham Lintama.Sambil berpikir, Lintang berjalan menuju ruang jemuran. Lintang pun tertegun saat melihat jaket yang tergantung di jemuran, kini sudah menyusut menjadi jauh lebih kecil.Dengan panik, Lintang buru-buru melepas jaket itu dari jemuran, memeriksanya berulang kali untuk memastikan jika itu memang benar jaket milik Faris, sebelumn akhirnya terpaku di tempat.Sepertinya Lintang sudah merusak jaket itu saat mencucinya.Lintang merasa frustrasi selama beberapa saat. Kemudian, Lintang dia bur