All Chapters of Jodoh dari Masa Lalu: Chapter 71 - Chapter 80

"Lintang, ini disiapkan secara mendadak. Tentu saja nggak sebagus yang dipersiapkan sebelumnya. Lagi pula, meski kamu nggak puas, nggak seharusnya kamu menyinggung ibuku. Nggak mudah baginya membesarkanku seorang diri, jadi..."Lintang langsung memotongnya, "Jadi, kamu suruh ibumu membelikan perak lapis emas untuk perhiasan pernikahan kita?Ekspresi Bagas menjadi agak canggung karena dia sama sekali tidak mengetahui tentang hal ini."Lintang, bukan…""Jadi, belakangan ini kamu merasa kesal karena masalah ini?"Ekspresi tegang di wajah Bagas langsung mereda.Lintang mencibir, "Bagas, aku nggak ingin bertemu denganmu sekarang. Tolong jangan halangi aku, oke?"Setelah berkata seperti itu, Lintang melangkah menuju gedung kantor Grup Husodo.Bagas mengikuti di belakang.Saat Lintang memasuki lobi, resepsionis langsung menyambutnya."Bu Lintang, Pak Faris memintaku untuk mengantar Anda ke atas."Lintang menganggukkan kepalanya.Bagas mempercepat langkahnya dan menjajari langkah Lintang."Lin

Lintang mengerucutkan bibirnya, lalu berkata dengan lembut."Pak Faris…"Faris mengangkat pandangannya. Dia menatap Lintang dengan tatapan yang hangat, disertai sedikit emosi yang tidak dapat dipahami oleh Lintang.Lintang tak kuasa menahan senyum saat memikirkan apa yang akan ditanyakannya."Jadi, benarkah sistem yang memainkan gim itu untukmu setelah kamu tertidur semalam?"Tatapan hangat itu langsung memudar. Lintang sudah mengetahui jawabannya dalam hati. Lintang pun tersenyum dan berbalik untuk pergi.Siapa yang bilang hanya Faris yang boleh mentertawakan selera Lintang yang buruk, sementara Lintang tidak boleh mentertawakan betapa payahnya Faris dalam bermain gim?Lagi pula, beberapa hari lagi Lintang juga akan diejek oleh Faris. Jadi, lebih baik sekarang Lintang yang mentertawakan Faris terlebih dahulu.Lintang merasa sangat senang saat keluar dari gedung kantor Grup Husodo.Saat Lintang berjalan keluar dan menuju mobilnya, Bagas pun keluar dari mobilnya dan menghentikan Lintang

Bagas menurunkan suaranya. Matanya terlihat tidak sabar."Aku nggak bermaksud seperti itu. Ada kesalahpahaman di sini. Aku akan menjelaskannya saat kita kembali. Sekarang aku akan mengantarmu pulang."Lintang pun tersenyum tipis."Lalu kenapa terburu-buru? Pak Gilang belum memberitahukan ide bagusnya."Gilang menelan ludah dan tersenyum canggung. "Kak Lintang, aku cuma bercanda. Aku sendiri yang akan memberi pelajaran pada diriku."Lintang dengan santainya mengambil gelas dari meja resepsionis, lalu melemparkannya ke arah Gilang.Gilang tidak siap dan gelas itu tepat mengenai sudut matanya."Aduh!" teriak Gilang, sambil buru-buru menutupi matanya.Gelas itu jatuh ke lantai, mengeluarkan suara pecah yang nyaring dan membuat semua orang terdiam.Bagas menarik napas dalam-dalam, dadanya tersengal-sengal."Gilang sudah mengakui kesalahannya, kamu..."Sebelum Bagas bisa menyelesaikan kata-katanya, Lintang mengangkat tangannya dan menampar wajah Bagas. Seketika itu juga, suasana menjadi heni

Lintang langsung tidak merasa sedih lagi karena masalah kecil itu.Faris berkata, "Perusahaan asuransimu harusnya akan menghubungimu besok."Lintang langsung terlihat kesal."Cuma tabrakan dari belakang, harusnya nggak seserius itu."Pak Sandy mendekat dan dengan penuh perhatian menjelaskan kepada Lintang."Bu Lintang, kamu belum pernah dengar tentang rasio harga suku cadang terhadap harga mobil utuh Royal-Roce?"Lintang menggelengkan kepalanya.Lintang selalu menganggap mobil hanyalah alat transportasi dan tidak pernah mempelajarinya secara mendalam."Apa maksudnya rasio harga suku cadang terhadap harga mobil utuh?"Pak Sandy berpikir sejenak, lalu menjawab."Jadi, mesin seharga tiga miliar, transmisi seharga 1.5 miliar, sasis seharga seharga empat miliar, membentuk sebuah mobil yang dijual mahal."Lintang pun langsung mengerti dan wajahnya terlihat tegang.Jika Lintang tidak salah ingat, hari itu mobil Faris ditabraknya hingga bemper belakangnya rusak parah.Meski sekarang Lintang me

Pak Sandy masih menunggu di tempat. Melihat Faris keluar, dia pun buru-buru turun dari mobil dan membuka pintu belakang mobil.Bagas menemani Faris berjalan ke depan mobil. Melihat jika mobilnya tidak menghalangi mobil Faris, Bagas pun mengerutkan kening."Pak Faris…"Wajah Faris tampak tenang dan santai. "Ternyata mobil yang tadi menghalangiku bukan mobil milik Pak Bagas. Aku salah mengenali."Pak Sandy mengangkat alisnya.Dia sudah menunggu di dalam mobil sepanjang waktu dan tidak melihat ada mobil yang menghalangi di depan mereka.Bagas juga tidak tahu harus berkata apa. Dia pun hanya berkata dengan sopan."Nggak apa-apa."Wajah Faris tidak menunjukkan rasa malu sedikit pun. Dia lalu membungkuk dan masuk ke mobil.Bagas memperhatikan mobil Faris pergi, lalu berbalik untuk mencari Lintang.Faris bukanlah orang yang perhatian.Bagas bisa merasakan sisi lain Faris saat bersama Lintang.Bagas menggertakkan giginya dan rahangnya menegang. Dengan wajah serius, Bagas kembali ke pintu vila