All Chapters of Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster: Chapter 61 - Chapter 70

Karena panik, para preman itu semakin banyak membuat celah. Memanfaatkan tata letak ruangan di klub, Ryan membuat mereka kewalahan, lalu sesekali menghantam titik lemah atau sendi lawan dengan cepat.Mereka bisa memukul Ryan berkali-kali, tetapi Ryan cukup memberi satu pukulan yang tepat sasaran untuk langsung menghancurkan daya tempur mereka.Beberapa saat kemudian, hanya tersisa dua orang yang masih berdiri.Pemandangan itu membuat Zio dan Peter benar-benar cemas. Mereka sudah memanggil enam orang teman dan merasa yakin bisa menghabisi Ryan dengan mudah. Namun sampai sekarang, empat orang sudah kalah, dan dua sisanya pun sama sekali tidak mampu berbuat banyak terhadap Ryan.Bahkan Teddy yang menyaksikan dari samping juga ikut merasa kagum. Sekalipun dirinya yang maju, mungkin paling-paling hanya mampu menjatuhkan satu orang. Daya tempur Ryan benar-benar terlalu mengerikan."Sial, keluarkan senjata!" seru Peter. "Kalau sampai ada yang mati, biar aku yang tanggung!" Dengan tangan yang

Peter menggertakkan gigi, lalu berpikir dalam hati, 'Masih banyak wanita di dunia ini, nggak pantas berurusan sama preman jalanan demi satu orang.' Setelah berpikir demikian, dia pun melepaskan tangan Yurica."Peter, kamu ngapain?" Yurica menatapnya dengan tak percaya. "Kamu tega meninggalkanku?"Peter menggertakkan giginya, tetapi akhirnya tetap membalikkan badan dan tidak lagi menoleh pada Yurica. Yurica benar-benar panik. Dia buru-buru mengeluarkan ponsel untuk menelepon polisi, tetapi langsung dirampas oleh pria kurus.Pria kurus menutup panggilan darurat itu, lalu menepuk-nepuk wajah Yurica dengan ponselnya. "Nona manis, jangan coba-coba main licik. Sekalipun kamu berhasil bikin polisi menangkapku, setelah aku keluar nanti, hidupmu bakal lebih sengsara. Mengerti?"Inilah yang paling menakutkan dari para preman jalanan itu. Mereka tidak takut masuk sel, perbuatan mereka juga kejam dan licik. Orang biasa sama sekali tidak mampu melawan mereka.Melihat kejadian itu, beberapa anak bua

Saat ada orang yang membela pacarnya, mereka malah menuduhnya biang kerok, memprovokasi, dan menjebak orang yang membela. Mereka benar-benar memerankan sifat licik, egois, curang, dan pengecut secara menyeluruh.Tatapan Ryu yang dingin mengarah ke Ryan, aura menakutkan seorang penguasa dunia mafia seketika bisa menghancurkan segalanya. "Kamu tahu apa akibatnya bikin onar di tempatku?"Ryan berkata, "Pertama, yang memulai keributan bukan aku, tapi mereka berdua. Mereka datang dari ruang sebelah ke ruanganku untuk cari gara-gara, barulah aku turun tangan memukul mereka.""Kedua, soal kenapa aku memukul anak buahmu, kamu bisa tanyakan langsung pada mereka."Mendengar ucapannya, Ryu merasa sepertinya ada yang janggal. Tatapan tajamnya beralih pada pria kurus. "Coba jelaskan!""Kak Ryu ... mereka bikin ribut, jadi aku datang untuk menengahi. Tapi, dia malah nggak terima lalu langsung menyerang!" balas pria kurus membela diri."Omong kosong! Kalau memang sesederhana itu, mana mungkin aku lan

Adegan di depan mata ini benar-benar membuat wajah Teddy terasa seperti ditampar dengan keras."Kepala mereka sampai berdarah!" Bianca menunjuk salah satu anak buah Ryu dengan wajah gentar.Memang benar, salah satu anak buah yang sedang bersujud itu kepalanya tergores pecahan botol di lantai, hingga darah mengalir ke kerah bajunya. Pemandangan itu tampak sangat mengenaskan."Sudah, sudah!" Ryan segera menghentikan mereka."Pak Ryan, saya baru saja datang, jadi memang belum jelas apa yang terjadi tadi!" kata Ryu dengan hormat. "Barusan saya dengar Anda bilang ada orang masuk ke ruang VIP Anda buat bikin keributan? Sebenarnya bagaimana ceritanya?"Ryan menunjuk ke arah Peter dan Zio beserta rombongan mereka."Kami sedang asyik bersenang-senang, tiba-tiba mereka menendang pintu dan masuk seenaknya, lalu mulai bikin ulah, bahkan sampai berani main tangan sama teman-temanku. Karena itu aku melawan!" kata Ryan. "Mungkin aku memang agak terburu-buru dan nggak seharusnya bikin masalah di tempa

"Minggir sana!" Para gadis lain serempak memarahi Elzi."Genitnya kebangetan!" Teddy di samping juga ikut mentertawakan sambil mengumpat.Lalu, dia mencoba mendekati Ryan, "Kak Ryan, nggak nyangka ya, ternyata kamu benar-benar menyembunyikan kemampuanmu!"Ryan hanya menyesap minumannya tanpa menggubris."Kak Ryan, biar aku ikut bersulang satu kali!" Teddy memaksakan senyuman sambil menenggak segelas anggur. "Mulai sekarang aku ikut denganmu. Siapa pun yang berani nggak hormat padamu, biar aku yang membereskannya!""Kamu? Nggak usah deh, istirahat saja!" Ryan melambaikan tangannya, lalu pergi ke samping untuk memilih lagu. Chloe lalu bertanya pada Yurica, "Kak, Pak Ryan itu rekan kerjamu ya?""Ya." Saat itu, Yurica masih sibuk memikirkan cara agar bisa lebih dekat dengan Ryan, jadi dia berpura-pura tidak mendengar pertanyaan itu."Minggu depan aku akan dipindah ke departemenmu sebagai staf pendukung penjualan," kata Chloe. "Berarti nanti aku bisa melihat Pak Ryan setiap hari!"Yurica te