All Chapters of Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster: Chapter 71 - Chapter 80

Setelah itu, Lucya menjelaskan beberapa pengaturan kerja lainnya, lalu membubarkan rapat. Dia memanggil Ryan dan Zio ke kantornya untuk memberikan pengarahan mengenai tugas sebagai manajer regional."Mulai hari ini, kalian bukan lagi sales yang bekerja sendirian. Kalian masing-masing memikul target kinerja untuk wilayah kalian sendiri!" kata Lucya. "Di departemen kita juga masih ada banyak posisi manajemen yang kosong, misalnya wakil direktur!""Aku berencana, posisi itu akan dipromosikan dari para manajer regional! Kalian berdua harus berusaha!""Siap, Bu Lucya!" jawab Zio cepat. "Saya pasti tidak akan mengecewakan kepercayaan Anda."Ryan justru terlihat lebih tenang."Ryan, apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Lucya."Aku merasa belum siap," jawab Ryan jujur.Dalam waktu singkat, dia yang tadinya nyaris dipecat sebagai trainee, sekarang malah duduk sebagai manajer sementara. Lonjakan jabatan yang begitu cepat ini membuat Ryan agak bingung.Lucya berkata, "Kerjakan dengan sepenuh hat

"Sudah cukup!" Ryan membentak keras. "Kalian berdua pergi ribut di tempat lain. Aku mau istirahat siang!"Sambil bicara, dia langsung mendorong Yurica keluar dari mobil."Pak Ryan, aku nggak ribut lagi, ya? Jangan usir aku ya!" Yurica bersikap manja, tangannya masih terus menarik-narik lengan Ryan."Jangan sentuh dia! Dasar nggak tahu malu!"Melihat gaya genit Yurica, Alisha semakin terbakar emosi. Dia langsung menyodorkan tangannya ke dalam mobil dan menarik rambut Yurica. Namun, Yurica bukan tipe yang diam saja. Dia balik menyerang dan tangannya mencakar wajah Alisha."Yang nggak tahu malu itu kamu, pelacur!" Kedua wanita itu pun bertengkar hebat dan saling menyerang di balik pintu mobil."Perlu aku telepon polisi, hah?" Ryan membentak lagi.Seketika, keduanya berhenti."Lepaskan, cepat!"Ryan menarik paksa tangan Alisha, sementara Yurica juga segera melepaskannya.Namun akibat tarik-menarik itu, pakaian keduanya jadi berantakan. Belahan dada Yurica tersingkap setengahnya, sedangkan

"Kalau kamu mau memberiku kesempatan kerja sama, akan kuberi kamu 30 persen dari seluruh keuntungan yang kudapat!" kata Patrick. "Bu Lucya, ini sudah bentuk ketulusan terbesarku!"Dalam kerja sama sebelumnya, dia berhasil meraup keuntungan lebih dari 160 miliar dengan menjual kembali obat-obatan. Tiga puluh persennya saja berarti lebih dari 48 miliar.Meski Lucya menjabat sebagai direktur penjualan di EPS, jumlah uang sebesar itu pun cukup membuatnya hidup nyaman bertahun-tahun. Patrick yakin tawaran ini sudah cukup menggoda.Namun, Lucya hanya menanggapi dengan senyum dingin. "Tiga puluh persen? Walaupun kamu kasih aku semuanya, aku tetap nggak akan bekerja sama denganmu!"Selesai bicara, dia berbalik dan hendak pergi."Bu Lucya! Kamu benar-benar nggak tahu diri!"Patrick menggertakkan gigi, lalu mengulurkan tangannya. Anak buah di sampingnya buru-buru menyodorkan sebatang rokok dan menyalakannya. Patrick mengisap dalam-dalam, menatap punggung Lucya dari atas ke bawah dengan sorot mat

Beberapa saat kemudian, telepon tersambung. "Halo, siapa ini?" Terdengar suara seorang wanita, sepertinya kekasih gelapnya Omara."Halo, aku cari Pak Omara! Aku Ryan!" kata Ryan.Begitu mendengar bahwa yang menelepon adalah Ryan, Omara segera meraih telepon itu. "Halo, Pak Ryan, ada masalah apa?"Karena nomor yang tertera di medali emas itu adalah nomor khusus. Begitu ponsel ini berbunyi, artinya pasti ada masalah besar."Pak Omara, maaf mengganggu saat Anda masih dalam masa pemulihan!" ujar Ryan. "Aku memang sedang menghadapi sedikit masalah hari ini. Sekarang aku berada di Jalan Amal nomor 88, ada beberapa orang yang menyanderaku dan atasanku. Bisakah Anda menggunakan koneksi Anda untuk membantu menyelesaikan ini?""Siapa nama orangnya?" tanya Omara."Patrick!" jawab Ryan.Omara sama sekali belum pernah mendengar nama itu. Dia berkata pada Ryan, "Pak Ryan, suruh dia bicara langsung denganku!""Baik!"Ryan pun menyerahkan telepon itu kepada Patrick."Halo!" Patrick berbicara dengan na

Di ruang VIP restoran.Setelah menutup telepon, wajah Patrick dipenuhi senyum dingin penuh kebencian. "Ryan, kakakmu itu nggak berguna! Dia nggak bisa menyelamatkanmu. Hari ini kalau kalian berdua nggak tanda tangan kontrak, jangan harap bisa keluar dari sini."Sambil berkata demikian, dia melambaikan tangan. Lima anak buahnya yang berbadan kekar langsung maju sambil menatap garang, siap untuk bertindak kapan saja.Plak!Patrick melemparkan kontrak yang sudah dia siapkan ke atas meja, lalu menatap Lucya. "Bu Lucya, aku nggak ada waktu buat omong kosong. Sekarang segera tanda tangan kontrak, kalau nggak, aku akan suruh anak buahku mempermalukanmu!"Lucya menggertakkan gigi, lalu membentak dingin, "Patrick, kalau kamu melakukan ini, kamu pasti akan dapat balasan yang buruk!""Kurang ajar! Cepat tanda tangan!" Patrick berkata demikian, lalu maju hendak menyeret Lucya untuk tanda tangan.Ryan melangkah ke depan dan berdiri di hadapan Lucya. "Siapa pun yang berani menyentuh atasanku, aku ak