Selina kembali ke kamar tamu untuk membersihkan diri. Saat dia turun tangga, Revan sudah duduk di meja makan, membaca-baca berita di tabletnya.Cahaya pagi bersinar melalui jendela, menerangi tubuhnya dengan cahaya emas lembut, bahkan membuat helaian rambutnya berkilau.Saat Selina ragu-ragu untuk mendekat, Revan seolah merasakan kehadirannya dan menatap tepat di matanya.Seolah bisa membaca pikiran, alis Revan sedikit berkerut saat dia melambaikan tangan. "Ayo sarapan!"Selina hampir berkata, "Aku nggak lapar," hanya karena tidak ingin berada di dekatnya sama sekali.Revan meletakkan tabletnya, mengangkat sebuah senyum tipis. "Kamu maunya digendong?"Selina menjawab kesal, "Siapa yang minta digendong?"Jika berlama-lama, pria itu mungkin akan datang untuk menggendongnya.Selina lebih memilih sarapan bersamanya daripada digendong olehnya.Dengan langkah kesal, dia sengaja memilih kursi terjauh dari Revan.Revan tertawa tak berdaya dan bangkit untuk duduk di sampingnya. Nada suaranya me
Read more