All Chapters of Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh: Chapter 21 - Chapter 30

Selina tidak bisa tenang sampai mobil melaju memasuki pusat kota dan memang menuju ke rumah Kalia.Dia telah mencurigai Gio hanya berdasarkan kata-kata Revan. Selina sedikit merasa bersalah.Setelah turun, dia sengaja memberi tambahan 2 juta.Melihat jumlah yang ditransfer, Gio mengangkat alisnya dengan ekspresi terkejut bercampur geli."Sepertinya, Nona Selina sangat puas dengan pelayananku!" godanya dengan tawa ringan.Selina memuji dengan kaku, "Cara menyetirmu stabil. Nggak terlalu banyak bicara. Lumayan."Dia tidak bisa mengatakan bahwa itu adalah kompensasi. Biar dia mengira itu adalah tip.Gio menerima transfer itu dan tersenyum. "Nona Selina, aku punya banyak kerjaan sampingan. Kalau butuh sesuatu, tinggal hubungi saja."Selina menjawab, "Semoga kamu bisa memberi hasil yang memuaskan lima hari lagi."Kalau ingin menjadikannya klien jangka panjang, Gio harus membuktikan kemampuannya dulu.Pria itu mengangkat dagunya dengan percaya diri. "Kujamin, pasti puas!"Selina keluar dari

Garis-garis wajahnya terukir halus dengan rahang yang tegas.Keseluruhan wajahnya seperti lukisan, dengan kesan lembut dan gagah yang seimbang. Sepasang matanya dalam dan penuh pesona dengan senyum kecil menggoda di bibirnya. Membuat terbuai orang-orang yang memandangnya meski dia hanya duduk santai di sana.Selina menatapnya dengan terkejut.Gio.Kenapa dia bisa di sini?Lalu Selina ingat bahwa dia juga bekerja sampingan sebagai detektif swasta.Mungkinkah pria ini melacak pergerakannya? Itu pasti bukan hal yang sulit baginya."Kamu bilang lima hari, 'kan? Atau sudah selesai lebih cepat?" Selina melirik jam tangannya dan menghela napas lega. Masih 15 menit sebelum janji bertemunya dengan pengacara itu.Apakah Gio memang sehebat itu?Mata Gio tertuju pada pipinya.Mungkin karena gugup, rona merah menyebar di wajah Selina, seperti buah persik yang matang sempurna.Gio terbatuk canggung dan mengikuti pembicaraan Selina. "Sudah selesai."Dari tas yang diletakkan di kursi sebelah, dia men

Gio menopang dirinya dengan satu kaki, menunggangi sepeda motor Harley-Davidson edisi terbatas.Deru sepeda motor berat yang memekakkan telinga membuat jantung Selina bergetar hebat.Dia sama sekali tidak menyangka syarat yang diajukan Gio adalah meminta ditemani ngebut di jalanan naik sepeda motor.Melihatnya tidak bergerak, Gio mengangkat satu alis. Mata menawannya penuh dengan provokasi."Kalau ini saja nggak berani, kamu yakin punya keberanian untuk menghadapi kenyataan dan melawan Revan dalam perceraian?"Sekalipun dia tahu pria itu sedang memprovokasinya, Selina tetap menggertakkan gigi, memakai helmnya dengan kesal, dan duduk di belakang pria itu.Dia akan membuktikan keberanian dan tekadnya.Gio tertawa kecil. Setelah Selina duduk dengan kokoh, dia memutar gas dan mempercepat laju motor.Aroma khas pohon cedar yang terbawa angin malam menerpa indra penciuman Selina.Aromanya harum, memiliki efek menenangkan dan meredakan saraf Selina yang bergejolak.Tangannya mencengkeram tepi

Menyadari kedinginan yang tidak biasa dari Selina, Revan entah kenapa merasa gelisah.Dia buru-buru menarik tangannya dan melihat lingkaran kemerahan dan bengkak di pergelangan tangan Selina yang pucat dan halus. Hatinya ikut merasa sakit. "Maaf, aku nggak sengaja."Dia mengangkat pergelangan tangan itu dengan lembut seolah sedang memegang harta paling berharga, menundukkan kepalanya, dan meniup tangan itu.Napasnya yang hangat bagaikan usapan bulu-bulu halus.Namun, Selina tanpa sadar menggigil. Bulu kuduknya meremang.Dia pun bertanya-tanya. Ketika Cindy menamparnya beberapa hari lalu, apakah Revan juga merasa kasihan dan melakukan hal seperti ini kepada tangan Cindy?Tak kuasa menahan rasa mual di perutnya, Selina menepis Revan, meletakkan tangannya di belakang punggung, dan menggosok-gosokkannya dengan keras.Revan menatapnya, urat di dahinya sedikit berdenyut-denyut. Meski tidak senang karena ditolak, dia tetap mencoba minta maaf dan menenangkan Selina."Maaf, aku nggak menghentik

Begitu melihat memar di tangan Selina, Kalia langsung tahu pelakunya pasti Revan dan segala macam umpatan pun keluar.Tempat tinggalnya bukan kawasan mewah, tapi tempat ini terkenal karena keamanan yang ketat.Orang yang bukan penghuni dilarang keras untuk keluar masuk sesukanya.Selina bisa datang dan pergi dengan bebas karena Kalia meminjam uang darinya untuk membeli apartemen ini dan namanya juga ada di sertifikat.Kalia bertanya-tanya kepada beberapa orang, akhirnya tahu bahwa Revan membeli apartemen tepat di lantai bawahnya.Membeli apartemen demi mendapatkan kembali hati seorang istri adalah sesuatu yang tampaknya romantis dan mengharukan.Tapi, karena sudah tahu motif sebenarnya, Kalia dan Selina hanya merasa jijik.Teringat bagaimana dia membela Revan saat Selina mencurigai keterlibatan pria itu dalam insiden lima tahun lalu, Kalia kini merasa sangat bodoh."Investasi dari Revan kukembalikan saja." Kalia menyatakan dengan suara menggeram. "Selina, lakukan apa pun yang perlu kam