All Chapters of Cinta Mati Bersama Kepergian Buah Hati: Chapter 121 - Chapter 130

Berhadapan langsung dengan suami sahnya, lalu bersikap ambigu dengan pria lain?Devan marah sampai tertawa. "Scarlett, kamu masih ingat siapa dirimu?"Scarlett mengangguk. "Aku nggak akan lupa.""Nggak akan lupa?" Devan mencibir. "Tapi sekarang kamu malah saling merayu dengan orang luar? Kamu kira aku sudah mati?"Apalagi, hari ini dia beberapa kali dipermalukan oleh istrinya di depan pria lain. Hari ini dia benar-benar kesal.Melihat wajah Devan yang marah, Scarlett sempat tertegun. Dia tidak bodoh. Melihat tatapan Devan yang berulang kali tertuju pada dirinya dan Mavin, dia jelas tahu alasan Devan marah. Pria ini merasa dirinya terlalu dekat dengan Mavin.Namun, dulu apa yang Devan lakukan demi Vivian jauh lebih berlebihan daripada kedekatannya dengan Mavin. Scarlett mengira Devan sudah terbiasa dengan hubungan lawan jenis dan tidak akan peduli lagi. Namun, ternyata dalam situasi yang sama, pria ini juga bisa marah.Scarlett tersenyum tipis, menirukan nada bicaranya dulu. "Mavin buka

Melati sontak kehabisan kata-kata. Dia merasa kesal, tetapi tetap menahan diri. Kemudian, dia tersenyum lagi. "Aku 'kan cuma penasaran. Aku dengar Bu Scarlett sudah menikah, tapi sepertinya belum pernah dengar dia cerita tentang suaminya."Scarlett jelas tahu Melati sengaja menusuknya. Dengan nada datar, dia menjawab, "Nggak ada yang perlu diceritakan."Melihat Scarlett menghindari topik itu, Melati semakin yakin dugaannya benar. Dia tersenyum manis. "Sesekali ngobrol soal kehidupan pribadi 'kan nggak apa-apa, biar hubungan kita makin dekat."Namun, Scarlett tetap tak mau menanggapi. Melati pun melanjutkan, "Bu Scarlett, kamu cantik banget. Pasti suamimu sangat mencintaimu ya?"Rasa ingin tahu para rekan kerja lain pun ikut terbakar."Benar tuh, Scarlett. Suamimu kerja apa sih?""Suamimu ganteng nggak?"Bertubi-tubi pertanyaan membuat Scarlett pusing. Supaya cepat selesai, dia asal menjawab, "Biasa saja. Lagi pula, kami sebentar lagi akan cerai."Begitu kalimat itu keluar, ruangan lang

Setelah orang-orang bubar, Scarlett memotret bunga dan perhiasan itu, lalu mengirimkannya kepada Edric.[ Kamu yang kirim? ]Tak lama kemudian, Edric membalas.[ Bu Scarlett memang cerdas. Aku tahu kok, di hatimu pasti ada aku. ]Scarlett sungguh kehabisan kata-kata.[ Aku dengar belakangan ini kamu terus di lab sampai lupa makan dan jadi kurus. Mumpung ada kesempatan bagus seperti hari ini, biar aku bikin kamu senang. ][ Terima kasih. Tapi barang ini terlalu mahal. Aku nggak pantas menerimanya secara cuma-cuma. ][ Kalau begitu, bantu aku satu hal. ][ Hal apa? ]Beberapa menit kemudian, barulah dia mendapat balasan.[ Nanti setelah pulang kerja, aku jemput kamu. ]Scarlett sempat ingin menolak, tetapi pesan berikutnya datang lagi.[ Aku nggak akan menyita banyak waktumu. ]Melihat itu, akhirnya dia mengiakan. Lagi pula, sebelumnya Edric bilang dia juga meneliti bidang robotika. Kebetulan penelitiannya sedang buntu, jadi Scarlett merasa ini bisa menjadi kesempatan untuk berdiskusi.S

"Kamu masih merasa dia mencintaimu?"Wanita itu tidak bisa berkata-kata. Memang sejak awal Edric tidak punya perasaan padanya. Dia hanyalah wanita yang disewa untuk bermain drama.Edric memberinya uang, menyuruhnya berperan sebagai pacar cemburuan yang penuh amarah, menggunakan segala cara untuk memaki dan mengganggu Scarlett, agar Scarlett semakin marah, semakin dipermalukan.Namun sekarang, perkembangan sepertinya agak berbeda.Wajah wanita itu memerah. Dia berniat melanjutkan drama, tetapi Scarlett lebih dulu berujar, "Kita bicara berdua saja."Scarlett menarik wanita itu keluar. Beberapa menit kemudian, saat kembali, wanita itu menangis tersedu-sedu, meraih tasnya, lalu berlari keluar dari ruang VIP.Scarlett duduk kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Edric menaikkan alis. "Sudah selesai?""Ya, dia nggak akan mengganggumu lagi," jawab Scarlett dengan tenang.Edric terkekeh-kekeh. "Ternyata kamu cukup pandai mengurus hal begini."Jari Scarlett berhenti sejenak, lalu dia tersen

Scarlett kebingungan. Melihat Devan masuk ke kursi pengemudi, Scarlett berpikir sejenak, lalu membuka pintu kursi belakang dan duduk dengan patuh di sana.Kesempatan Scarlett naik mobil Devan memang tidak banyak. Namun, pernah suatu kali dia membuka pintu kursi penumpang depan dan duduk di sana, lalu menemukan sebuah stiker kecil di dashboard depan kursi itu.[ Kursi khusus Vivian, orang lain dilarang duduk. ]Scarlett tidak tahu apakah itu ditempel oleh Devan atau Vivian. Namun, karena stiker itu tetap ada di sana, berarti Devan menyetujuinya.Kursi penumpang depan itu memang khusus disediakan untuk Vivian. Bahkan istrinya sendiri dianggap orang lain.Devan sempat melirik ke belakang ketika melihat Scarlett duduk di kursi belakang, tetapi dia tidak mengatakan apa pun. Kemudian, dia berucap singkat, "Pakai sabuk pengaman."Setelah itu, dia menyalakan mesin dan melajukan mobil. Sepanjang jalan, Devan tidak berkata apa-apa. Scarlett pun tidak tahu harus berbicara apa. Suasana di dalam mo